Home / MMSD / 2 hari 2 Program Film Pendek Indonesia: SUARA PEREMPUAN PAPUA

2 hari 2 Program Film Pendek Indonesia: SUARA PEREMPUAN PAPUA

Bulan Juni 2015 Minikino memiliki dua agenda pemutaran dan diskusi film pendek indonesia, yang diselengarakan secara beruntun pada 12 dan 13 Juni 2015, Pukul 19:30 Wita.

Peogram yang diputar adalah program dokumenter SUARA PEREMPUAN PAPUA dan program kompilasi “S-EXPRESS 2014: INDONESIA”.

Suara Perempuan Papua

Catatan dari Programmer:
Banyak kisah tentang problema kemanusiaan dari Papua yang diceritakan kembali dalam bentuk film pendek akhirnya bisa ditonton oleh masyarakat Indonesia dan dunia internasional.
Rangkaian cerita tentang perempuan Papua menjadi semakin menarik karena kita jarang mendengar langsung mengenai kehidupan di Papua apalagi masalah dan cita-cita perempuan Papua. Film-film pendek yang dipilih dalam program ini berasal dari produksi program Papuan Voices dari EngageMedia.

Setelah pemutaran program program film pendek “Suara Perempuan Papua” acara akan dilanjutkan dengan tanya jawab akrab dengan narasumber, filmmaker FX MAKING mengenai seberapa banyak perubahan sosial dan lingkungan yang terjadi setelah munculnya Program Papuan Voices dari EngageMedia yang merupakan kombinasi dari pengajaran keterampilan baru dan produksi film.
Programmer: Fransiska Prihadi, cika@minikino.org


left

“Left to Survive | Yang Tersisa, Yang Melawan”

Director: Albert Pu’u | 2012 | Keerom, Jayapura | 08:05

Dominikus Mesas tinggal di distrik Keerom, dekat dengan perbatasan propinsi Papua dan Negara Papua New Guinea. Sementara para penduduk local Keerom lainnya sibuk menjual tanah mereka ke perusahaan-perusahaan kelapa sawit, ia bersikukuh untuk mempertahankan tanahnya dan mengajak rekan-rekannya untuk melakukan hal yang sama.


12 Juni 2015, Minikino Event: SUARA PEREMPUAN PAPUA

“Let us Sell Areca Nuts! | Biar Kami Saja Jual Pinang”

Director: Dorkas Kossay | 2014 | Wamena | 04:10

Mengunyah sirih pinang merupakan tradisi dari masyarakat Wamena. Hal yang menarik, meski di Wamena tak ada pohon pinang, tetapi kebiasaan ini digemari warganya. Kebanyakan penjual pinang adalah perempuan yang memperoleh sirih pinang dari Jayapura. Kini, para penjual ini menghadapi kompetisi dengan pendatang. Sementara para penjual asal Wamena menjual barangnya di emperan, penjual pendatang meletakkan pinang di took, sehingga kelihatan lebih bersih dan segar.


12 Juni 2015, Minikino Event: SUARA PEREMPUAN PAPUA

“Mama Kasmira Pu Mau | What Mama Kasmira Wants”

Director: Yuliana Langowuyo | 2012 | Keerom, Jayapura | 06:25

Wambes, Arso, menjadi saksi hidup Mama Kasmira. Petani cokelat ini harus meninggalkan ladangnya dan bekerja di perkebunan kelapa sawit, ketika para tetua desa menjual lahannya pada perusahaan Rajawali Group. Sebagai perempuan, ia tak punya suara. Suaranya boleh dibungkam, namun tidak dengan harapannya terhadap ketiga buah hatinya, yang menjadi penyemangat saat ia bermandi terik matahari di terik perkebunan yang terletak di perbatasan Indonesia dan Papua New Guinea.


12 Juni 2015, Minikino Event: SUARA PEREMPUAN PAPUA

“Harapan Anak Cendrawasih | Hopes of the Cendrawasih Children”

Director: FX Making | 2012 | Keerom, Jayapura |07:00

Pendidikan dianggap sebagai rantai pemutus lingkaran kemiskinan dan keterbelakangan. Tetapi di sudut Papua, tepatnya di Arso-perbatasan Indonesia dan Papua New Guinea- idealism ini terasa jauh panggang dari api. Setitik asa yang digantungkan anak-anak Cendrawasih ini berhadapan dengan system yang karut marut. Guru jarang datang, anak-anak terbengkalai. Kadang guru datang siang, tetapi lantas menyuruh murid pulang. Untuk mengisi waktu, anak-anak bekerja di perusahaan kelapa sawit untuk mendapatkan upah. Namun, para murid tetap memiliki cita-cita tinggi yang menanti untuk diwujudkan.


12 Juni 2015, Minikino Event: SUARA PEREMPUAN PAPUA

“Surat Cinta Kepada Sang Prada | Love Letter to the Soldier”

Director: Wenda Tokomonowir | 2012 | Bupul, Merauke | 06:51

Tahun 2008 menjadi momen penting bagi Maria Goretti (Eti). Ia bertemu tambatan hatinya, Samsul, seorang prajurit TNI yang bertugas di daerah tempat tinggalnya, di perbatasan RI dan Papua New Guinea. Malang tak bisa ditolak, ketika Eti tengah berbadan dua, Samsul harus kembali ke kampong halamannya. Tiga tahun berlalu, hingga sang putrid kecil tumbuh besar, Samsul tak ada kabar. Selama tiga tahun pula Eti harus hidup dengan cerca dan pandangan orang sekitar yang memandang sebelah mata padanya dan buah hatinya. Sepucuk surat ia layangkan pada pujaan hatinya, untuk kedua kalinya. Ia berharap, kali ini Samsul membaca suratnya. “Eti akan terus tunggu Kakak Samsul. Terserah orang mau bicara apa”.


12 Juni 2015, Minikino Event: SUARA PEREMPUAN PAPUA

“Mutiara dalam Noken | Pearl in the Noken”

Director: FX Making | 2014 | Wamena | 09:06

Masih minimnya akses pendidikan bagi perempuan di Papua menyebabkan tidak banyak dari mereka yang bisa mengenyam pendidikan hingga ke jenjang Universitas. Dokter Maria Rumateray, adalah salah satunya yang beruntung. Orangtuanya bekerja sebagai pelayan kesehatan di pedalaman Wamena pada tahun 1970an. Orang tuanya biasa membawa dr.Maria kecil dengan noken ketika mereka mengadakan perjalanan ke wilayah pedalaman. Saat ini, ia melanjutkan pengabdian mereka yang dilakukannya dengan menggunakan helicopter.


SUARA PEREMPUAN PAPUA

JUMAT, 12 JUNI 2015
FRIDAY, 12 JUNE 2015
19.30 – 21.00 WITA
19.30 – 21.00 WITA
at Minihall Irama Indah
(www.iramaindah.com)
Jl. Diponegoro 114, Denpasar

[“SCREENING TANPA MEMUNGUT DONASI PENONTON/FREE”]

[“NOTE: SCREENING “S-EXPRESS 2014: INDONESIA” SABTU, 13 JUNI 2015″]

Informasi, silakan email ke info@minikino.org


Peta Menuju Lokasi Pemutaran

Related post


Top