FGD ini adalah bagian dari rangkaian acara Film Market di Minikino Film Week 8, Bali International Short Film Festival. Sejak 2019, Minikino Film Week resmi menjadi anggota asosiasi film pendek internasional The Short Film Conference (https://www.shortfilmconference.com).
Setiap tahun seluruh anggota bertemu dalam sebuah forum, membicarakan tantangan-tantangan terkini yang dihadapi ekosistem film pendek dan sekaligus memperbaharui etika-etika terkini untuk para pemegang kepentingan di dalam industri film pendek global.
Sudah saatnyakah Indonesia memiliki sebuah asosiasi serupa dalam tingkat nasional? Untuk membahas pertanyaan hal tersebut, pada tanggal 8 September, Minikino Film Week mengundang seluruh filmmaker Indonesia dan para stakeholder ekosistem film, khususnya film pendek di Indonesia. Berikut rangkuman dari FGD yang dilaksanakan di Mini Hall Irama Indah, Denpasar, Bali.
Tanggal/Waktu
8 September 2022 |
Tempat:
Mini Hall Irama Indah, Denpasar, Bali |
Jumlah Peserta:
58 |
Notulis:
Ahmad Fauzi |
Panelis:
|
|
Tujuan:
FGD ini bertujuan memicu pembicaraan awal untuk menuju pembentukan Asosiasi Film Pendek Indonesia (AFPI), agar terbentuk atas kepentingan-kepentingan dan permasalahan yang disadari bersama-sama. |
Pokok Bahasan:
No | Uraian |
1. | Lulu Ratna
Positioning film pendek di Indonesia
Masalah film pendek
Menjawab Pertanyaan dari penyelenggara
|
2. | Arfan Adhi Perdana
Film pendek sering digunakan sebagai komoditas dalam konteks festival, ACCfest juga mengadakan pembiayaan, Jakarta Film Week juga ada fasilitas itu. Di daerah pun sama, Komite Film Malang juga sama. Angkanya bisa dibilang kecil untuk produksi, dari sana akan muncul pola syuting low-budget. Film pendek sebagai ruang eksplorasi muncul tapi tetap ada sensor. Posisi film pendek di luar tidak seistimewa di festival. Di festival bisa menggunakan film pendek untuk menarik komunitas Dalam festival film, kompetisi film pendek hanya seakan tempelan saja Koffie memandang adanya pola distribusi yang buruk dalam film pendek. Problem itu baru ketahuan ketika filmmakernya mencoba mengupload filmnya sendiri di kanal online. Kalau seandainya asosiasi ini ada, mari kita sama-sama memikirkan distribusi ini. Ketika memutar dengan tidak berbayar. Ini juga yang membuat orang itu melestarikan orang males nonton film pendek. Maka kalau ada asosiasi ini, kita mesti menjawab kenapa film pendek sebagai kata bendanya. Bukan sutradaranya, atau produsernya. Usulan kami bikin Aliansi yang punya power untuk mendorong kebijakan. |
3. | Ahmad Yani
Kenapa si kita harus bikin asosiasi film pendek, pertanyaan ini sudah berjalan lama 2011 kita pernah bikin PSK (program screening komunitas) untuk membuat kesepakatan tentang pemutaran. Tapi mereka belum melihat film pendek sebagai profesi. Kalian bergerak di kegiatan film itu ada undang-undangnya ga ya? Semua festival, parade, hajatan, pakainya film pendek Apa sih istimewanya film pendek itu? Film pendek itu enak dijual Film pendek adalah komoditas komunitas, jadi mainan cantik untuk pemerintah Jejaring itu penting, istilahnya harus dijadikan kunci untuk berkoneksi. Dan jejaring harus selalu diupayakan, tidak bisa dicopy-paste. Film pendek, penting untuk menjadi magnet. Tapi kita perlu mendefinisikan ulang dulu “Apa itu komunitas?” |
4. | Suluh Pamuji
Abstraksi sudah banyak dibahas juga AFPI itu perlukah? Saya akan menyodorkan beberapa masalahnya Saya selalu berefleksi dalam hal kebudayaan Jogja udah mapan. Film jogja ditunjang oleh berbagai bentuk kesenian yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu Dana Keistimewaan adalah game changer, tapi persoalannya. Setelah itu ada turunnya kualitas. Funding untuk masyarakat Jogja. Sensor berlaku karena funding ini berasal dari pemerintah Kita butuh hal lain untuk menantang funding ini, sebuah cara bertutur baru Tugas Asosiasi menantang filmmaker Film market menjadi wadah untuk film pendek mempertemukan kepentingan Eksperimentasi soal akses sistem eksebisi. Kita harus bisa membuat film pendek kembali menghidupi filmmakernya Asosiasi membuka Etalase untuk memetakan para penonton film pendek di tiap daerahnya Generasi yang akan terus berganti membuat kebutuhan Script Lab perlu di provide oleh Asosiasi Aosisasi ini ketika terbentuk akan diisi oleh siapa? |
5. | Fransiska Prihadi
Saya penonton, saya berangkat dari latar belakang ikut diskusi film pendek dan dokumenter. Kedua medium itu, selalu berada di batas ambang ketidakpastian. Pentingnya asosiasi bagi saya adalah karena saya baru sadar jika organisasi film pendek ini energinya luar biasa sekali. Usut punya usut saya punya juga pengalaman yang tidak menyenangkan, misal kok screeningnya telat Kita butuh kode etik seperti di short film conference untuk di Indonesia Pembuat film pendek, kalau ditanya profesinya apa. Biasanya mereka banyak kerjaannya Asosasi dan kode etik dibutuhkan Adaptasi dari kode etik ini Implementasinya bisa dalam bentuk etika programmer, dan etika pemutar di dalamnya ada proses apa yang boleh dan tidak juga. Minikino tahun ini seperti 3 tahun ini selalu membagi short film market. Baru tahun ini terasa filmmarketnya karena banyak sekali filmmaker indonesia datang. Singkat kata, sebagai penutup ada keinginan untuk merayakan film ini, tapi juga ingin mendapatkan nilai ekonominya. Tapi nilai ekonomi juga masih akan menyisakan masalah kalau tidak ada etikanya. Asosiasi ini, ingin membuat kita semua bekerja dalam etika yang baik. |
6. | Vivian Idris
Saya sangat mengapresiasi forum ini karena kita butuh ruang untuk membicarakan film pendek. Apakah kita perlu memetakan ulang positioning? Mapping? Dalam film pendek? Karena ada banyak sekali hal yang perlu diidentifikasi oleh film pendek (ia adalah benda budaya dan juga ekonomi) yang menghasilkan gerakan. Asosiasi itu perlu dan jangan terintimidasi oleh nama, kita perlu fleksibel berdasarkan keperluan. Yang penting punya wadah. Apakah ekosistem film dari BPI sama dengan ekosistem film pendek? (edukasi, eksebisi, arsip, produksi, distribusi) Jangan-jangan peta ekosistemnya beda? ada hal yang perlu dipetakan ulang lagi? dan perubahan itu tidak masalah. Karena tergantung dengan kebutuhan ekosistem kita. Asosiasi harus punya data untuk mendorong pemerintah dan negosiasi. Pemerintah punya kewajiban untuk ngasih duit Mumpung sudah masuk bulan ber-ber-ber kita segera aja mungumpulkan data. 2023 Bisa mengajukan proposal. |
Sesi Tanggapan Peserta | |
1. | Akbar Rafsanjani
Saya seorang programer dari Aceh, kalau boleh sombong saya orang penting di Aceh. Film-film dari Aceh butuh kendaraan atau kelompok untuk dapat tempat di luar. Oleh karena itu, programmer ini penting. Karena bisa juga programmer ini jadi distributor. Programmer suatu daerah itu paling paham konteksnya. Asosiasi atau rumah bagi film pendek ini bisa jadi kanal informasi untuk data pemutaran program maupun data film Value film pendek perlu didefinisikan dalam konteks dan krangkra programnya. Programer memberi konteks pada film dan menawarkan diskusi setelahnya. Film pendek bisa menjadi produk budaya |
2. | Muhammad Heri Fadli
Kalau kita bicara peta film nasional, Lombok adalah peta yang sangat kecil. Saya hampir merasa mati di Lombok karena tidak ada teman membuat film. Bagaimana caranya mendistribusikan film-film dari Lombok ini? Saya pernah meminjam bioskop, sebagai filmmaker saya jadi mengurus pemutaran juga, distribusi juga Tapi pertanyaannya bagaimana film-film ini bertaut dengan bioskop. Minimal satu screen saja gitu di daerah. |
3. | Petrus Kristianto
Dari awal saya memutuskan untuk menjadi distributor film tanpa bisnis film. Ketika saya berdiri sebagai distributor film independen, saya masih kesusahan untuk terhubung dengan teman teman di Indonesia. Ketika film pendek indonesia ke internasional, eksposur enggak pernah ada. Ketika Asosiasi ini ada Divisi distribusi dan publikasi bagi film pendek perlu jadi perhatian |
4. | Sastha Sunu
Data itu penting untuk mengetahui/pemetaan film pendek itu sama dengan film panjang atau jauh berbeda. Kebetulan kemendikbud sampai Oktober akan ada AFI. Yang dilakukan adalah riset. Hidupnya komunitas film di daerah itu memacu untuk membuat film pendek lebih banyak. Ada juga kota yang mendaulat diri sebagai kota film, tapi ternyata kotanya tidak jelas. Kebutuhan kementerian untuk riset ini adalah untuk membangun fasilitas di daerah. Dan kita juga butuh data ini dikumpulkan dalam satu wadah Aspek Ekonomi yang bikin film ini sustainable. Kapan kita bisa bilang Go to hell the feature! Seperti salah satu diskusi festival di luar Kita punya ott untuk distribusi, dunia digital bisa menaikan nilai ekonomi film pendek |
Discussion about this post