Ada banyak alasan untuk berlibur, mulai dari bersenang-senang, healing, hingga mungkin lari dari pekerjaan. Dan bicara soal berlibur, Bali menjadi salah satu tujuan utama berlibur bagi turis mancanegara. Christine Vu, Director of Marketing & Communications Toronto Reel Asian International Film Festival juga salah satu yang memutuskan untuk liburan di Bali. Tapi Christine tidak sekedar berlibur untuk “berlari” atau healing. Ia juga menyambung hubungan kerja yang telah dibangun antara Reel Asian dengan Minikino. Sebagai bentuk pertukaran, Minikino mengenalkan Bali dan Christine berbagi ilmu marketingnya dalam acara Talks and Presentation: The Do’s and Don’t’s for Marketing Your Event pada Kamis (09/02) di MASH Denpasar.
Minikino memiliki catatan kolaborasi panjang bersama Reel Asian sejak 2002. Dalam 3 tahun terakhir, pada tahun 2020 misalnya, Fransiska Prihadi, programmer Minikino, mewakili Minikino sebagai juri kompetisi internasional Reel Asian. Tahun berikutnya, Kelly Lui, programmer Reel Asian menjadi juri kompetisi internasional di MFW8. Yang terbaru, Minikino membawa program S-Express 2022 Indonesia di 26th Toronto Reel Asian Film Festival pada 9 – 20 November 2022.
Christine mengawali acara dengan mencoba mengenali motivasi para peserta. Ia bertanya apakah mereka event organizer, filmmaker, dan apa yang saat ini sedang mereka lakukan. Christine juga menekankan bahwa pemaparannya nanti akan berguna untuk siapapun terlebih bagi mereka yang memiliki media sosial dan ingin memanfaatkannya dengan cara yang baru.
Langkah pertama dalam merancang strategi marketing yang tepat, menurut Christine Vu adalah mengenali apa tujuan kita. “Mengetahui apa tujuan kita dapat membantu kita berada pada jalur yang jelas. Selain itu juga dapat merancang aksi untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkap Christine.
Reel Asian sebagai festival film tak ingin hanya sekadar menjual tiket, mereka ingin lebih banyak penonton menikmati film-film yang ditayangkan. Sehingga aksi yang dilakukan adalah mengunggah seluruh katalog beserta informasi film di Instagram. Selain itu, Reel Asian yakin bahwa menciptakan pengalaman berfestival yang berkesan dapat mendorong penonton mempromosikannya kepada orang lain. Salah satu cara untuk merealisasikannya adalah dengan membuat photo wall dan properti untuk mereka bisa berfoto ria dan menunjukan keseruan selama berfestival.
Media sosial turut berperan besar dalam pelaksanaan marketing, terutama sebagai sarana untuk memperkenalkan identitas brand yang ingin dibangun. Christine memberi contoh bagaimana kekuatan identitas McDonald’s membuat orang mengetahui keunikan visualnya hanya dengan mendengar nama saja. Dalam mewujudkan itu, Christine selalu memulai dengan membuat sebuah mood board yang berisi palet warna, jenis huruf, atau fotografi yang sesuai dengan suasana yang ingin diciptakan. Mood board ini nantinya digunakan secara konsisten dan menjadi acuan yang diaplikasikan pada berbagai publikasi dan media kampanye. Sebagai pelengkap, Christine juga menunjukkan seperti apa mood board yang Reel Asian gunakan di tahun lalu.
Berikutnya yang terpenting adalah memaksimalkan aset yang ada. Salah satunya adalah keterhubungan dengan orang lain. “Dalam hidup kita selalu ada orang yang bisa membantu kita dalam berbagai cara. Kita bisa bertanya apapun atau bahkan meminta mereka menghubungkan kita pada seseorang yang lain. Akan ada waktunya ketika kita membuat sesuatu yang baru dan menyenangkan, orang-orang yang suka membantu kita ingin ikut terlibat di dalamnya,” papar Christine.
Upaya-upaya menciptakan hubungan itu diterapkan pula oleh Reel Asian tiap kali mengunggah foto di Instagram yaitu dengan menandai setiap filmmaker yang ada sehingga mengundang orang lain untuk mengikuti akun mereka dan dapat terhubung lebih jauh di kemudian hari. Reel Asian berusaha mengoptimalkan dukungan kepada filmmaker dan karyanya agar dikenal oleh penonton yang lebih luas.
Pada sesi diskusi, seorang hadirin yang sedang mengembangkan platform pemberdayaan perempuan (Girl Up Bali) bertanya bagaimana cara Christine menjangkau penonton yang bukan penggemar film. Menjawab pertanyaan tersebut, Christine menjelaskan bahwa Toronto Reel Asian International Film Festival adalah festival yang bersahabat dan tidak mengintimidasi. Penonton yang datang sangat beragam mulai dari orang Asia hingga yang bukan. Penting untuk membuat semua orang merasa diterima dan membangkitkan diskusi di antaranya.
Reel Asian sejak awal terbentuk adalah organisasi budaya non-profit yang mengadvokasi representasi Asia di Kanada melalui seni media. Reel Asian kemudian berkembang menjadi festival film Asia terbesar di Kanada dan menyediakan ruang bagi seniman media Asia dan karyanya, serta mendorong apresiasi terhadap perfilman Asia di Kanada.
“Kami memiliki kebijakan anti pelecehan dan kami ingin memastikan semua orang merasa aman dan nyaman datang ke lingkungan kami. Kami sangat mendukung orang bertanya dan terbuka untuk diskusi,” ujar Christine.
Seperti yang dilakukan Reel Asian, pada akhirnya kita perlu melihat kembali tujuan kita di awal untuk merancang berbagai aksi yang digunakan untuk mengaktualisasikannya. Strategi marketing akan selalu penuh perencanaan dan mendorong kita berpikir taktis guna memaksimalkan potensi yang ada.
Discussion about this post