Setelah 6 tahun belakangan Minikino Film Week (MFW) menaruh perhatian terhadap sinema inklusif, kali ini MFW berkolaborasi dengan Minikino Studio dan Jati Andito, seorang voice actor profesional dari Indonesia, mengadakan sharing session mengenai Dunia Akting Suara dan Audio Description (AD) dalam film. Acara ini diselenggarakan di MASH Denpasar pada hari Selasa, 18 Juli 2023 dengan peserta dari tim Minikino Studio, tunanetra, dan gangguan pengelihatan yang mendaftar panggilan terbuka untuk menjadi pengisi suara AD di Minikino Film Week 9 (MFW 9).
Tujuan dari acara ini adalah untuk menambah wawasan mengenai sinema inkslusif, keberadaan fasilitas AD, dan belajar dunia akting suara. Sehingga, para peserta mempunyai bayangan bagaimana mereka bisa terlibat di dalamnya, baik sebagai penonton ataupun dalam produksi AD bersama MFW.
Fransiska Prihadi, yang akrab disapa Cika, sebagai direktur program Minikino membuka acara dengan mengajak para peserta berkenalan. “Pertama kali ke MASH Denpasar waktu itu bersama Om Didon, nonton Kucumbu Tubuh Indahku (2018)”. Ujar Harisandy dari Komunitas Teratai, sebagai salah satu peserta saat memperkenalkan dirinya. Cika menyambung, bahwa film Kucumbu Tubuh Indahku yang diputar pada tahun 6 Juli 2019 di MASH Denpasar, adalah salah satu perkenalan awal untuk membuka ruang sinema untuk tunanetra melalui metode “bisik”.
“Inspirasi dari gerakan Bioskop bisik ini menarik dan terbukti efektif untuk sebuah kesadaran membuka persahabatan antara tunet dan orang yang bisa melihat dan bisa sama-sama berkegiatan nonton bersama. Tapi rasanya perlu ada alternatif solusi agar tunet tetap bisa nonton bareng orang yang bisa melihat dan filmnya bisa dinikmati dalam kualitas terbaik buat semua pihak,” ujar Cika. Artinya, adegan yang dideskripsikan dalam film, tetap menampilkan kekuatan sinema yang sudah dirancang oleh pembuatnya. Minikino terus berpikir dan belajar untuk mencari solusinya. Pelajaran juga datang dari pemutaran premier film dokumenter pendek Sejauh Kumelangkah (2019) yang dilengkapi dengan AD dan Closed Caption oleh Minikino pada 18 November 2020 silam. Sejak saat itu Minikino terus melibatkan tunanetra untuk memproduksi AD untuk beberapa film dalam program inklusif sinema.
Sesi perkenalan berlanjut ke peserta lainnya yaitu Surya dan Yoga, seorang aktor tunanetra yang sama-sama sedang mempersiapkan pentas teater Beruang Penagih Hutang karya Anton Cekov. Lalu ada Ari, terapis pijat dari Tabanan, Iwan dari Komunitas Teratai, dan Yuni seorang atlit sprinter. Dalam perkenalan ini juga kebanyakan peserta yang berharap mendapatkan pengalaman baru dan juga pemahaman tentang Dunia Akting Suara.
Seusai perkenalan, Jati Andito yang hadir melalui Zoom dari Jakarta masuk dan memulai sesi pemberian materi tentang Dunia Akting Suara. Jati membuka dengan menjelaskan perbedaan dari voice over dan voice actor. Sederhananya voice over adalah bentuk produk suara atau industrinya, sedangkan voice actor adalah pelaku industrinya. Menurut Jati, dalam industri voice over ini kesempatan untuk berkariernya luas terutama karena era digital dan kesadaran akan inklusifitas yang kian berkembang.

Jati menceritakan, dunia digital membawanya pada kesempatan untuk memainkan iklan di Singapura, dengan bayaran yang lebih baik dibanding Indonesia. Lalu ia juga pernah berperan menjadi vacuum cleaner untuk iklan di Amazon. Jati menjelaskan pengalamannya ini agar para peserta terinspirasi, dan tidak enggan berkarier sebagai voice actor.
Selanjutnya, Jati juga menjelaskan kerja voice acting meliputi banyak hal. Mulai dari menjadi peran suatu karakter (dubbing), membacakan iklan, dan menjadi narator untuk film dokumenter. Tidak tertutup juga kemungkinan untuk mendapat kerja menjadi narator instruksional, narator untuk profil perusahaan hingga kerja yang lebih panjang seperti menjadi narator audiobook
Cerita sukses juga dibagikan oleh Jati, tentang seseorang bernama Pete Gustin dari Amerika. “Dia 8 tahun itu mengidap Stargardt Disease. Sekarang umur dia 45 tahun, dan sudah mungkin lebih dari 10 tahun secara profesional menjadi aktor suara. Bahkan dia memenangkan penghargaan seperti Voice Over Trailer Film Terbaik di salah satu tahun, dan juga serta TV Promo terbaik di salah satu tahun”.
Setelah memberi pengantar mengenai Dunia Acting Suara, Jati mempersilakan para peserta untuk berlatih dan mencoba memainkan naskah yang beragam. Mekanismenya, setiap peserta ditemani dengan seorang pembisik yang membacakan naskahnya untuk diucapkan oleh para peserta. Pembagian naskahnya berbeda dan disesuaikan dengan karakter suara masing-masing peserta. Ari misalnya yang berperan menjadi Doraemon. Lalu Yuni yang menyampaikan iklan Minikino Film Week 9, Haris menjadi narator Perang Puputan Badung. Selanjutnya Yoga yang menjadi customer service, Surya yang membacakan profile dari Minikino. Dan terakhir Iwan yang membacakan naskah drama.

Setiap peserta selesai membacakan naskah, Jati memberi tanggapan dan mendiskusikan kelebihan dan kekurangannya. Misalnya, Ari yang sudah cukup baik dengan meniru suara Doraemon. Lalu komentar untuk Yuni tentang karakter suara yang harus disesuaikan dengan acting brief. “Jangan terlalu memikirkan jelek atau bagusnya dulu. Pelan-pelan saja, dan sebisa mungkin hayati dulu acting brief-nya,” pesan Jati.
Yuni juga bertanya, apakah profesi sebagai voice actor ini adalah profesi yang ditentukan oleh keindahan suara. Bagi Jati, profesi ini tidak sama sekali dipengaruhi oleh karakter atau keindahan suara. Yang terpenting adalah latihan untuk bisa melatih otot tenggorokan dan pernafasan. Selain itu, yang terpenting dari profesi ini adalah “suara yang bisa dipercaya”. Yaitu suara yang bisa menyesuaikan acting brief. “Misal kamu habis dari perjalanan jauh, dan kehujanan. Tapi dibrief untuk jadi produk suara shampoo yang penuh energi dan segar. Capeknya ga boleh kelihatan,” jelas Jati tentang bagaimana “suara yang bisa dipercaya”.

Setelah sesi sharing berakhir, Minikino Studio menjelaskan terkait sejarah AD dan juga CC yang dimulai sejak munculnya radio drama dan juga film suara diawal tahun 1920-an. Edo Wulia, selaku direktur festival Minikino, menegaskan jika Minikino dari tahun ke tahun akan terus belajar untuk sinema yang inklusif. Mulai dari pembuatan takarir Bahasa Indonesia di setiap filmnya, lalu pembuatan AD dan CC yang terus melibatkan komunitas disabilitas. “Tentu saja kita tidak akan pernah merasa sempurna, dan hari ini merupakan sebuah langkah baru lagi, kita ingin melibatkan komunitas tuna netra untuk iikut nanti agak mengisi suaranya”, pungkas Edo.
Para peserta kemudian diajak untuk terlibat mengisi AD dalam film pendek yang ada di Minikino Film Week Inclusive Program 2023. Harisandy akan mengisi AD film How Does It Sound? (Medy Mahasena, Indonesia, 2023). Lalu Yuni mengisi AD film Bising (Amar Haikal, Indonesia, 2023), Ari mengisi Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (Eden Junjung, Indonesia, 2022), Surya mengisi Alkisah Si Dewa (Brahmma Putra Wijaya. Indonesia, 2023). Selanjutnya, Yoga menigisi film Kakek Jenggot (Muh. Nur Falah Muzakkir, Indonesia, 2022), dan Iwan akan mengisi Blue Poetry (Muhammad Heri Fadli, Indonesia, 2023).
Discussion about this post