8 orang anak hadir di Mash Denpasar–Arthouse Cinema, pada Jumat (21/07) sore. Dengan didampingi oleh orang tua masing-masing, anak-anak ini akan menonton dan memilih film-film untuk nominasi Best Children Short, Minikino Film Week 9 (MFW9). Film yang dipilih, nantinya akan direkomendasikan ke Juri Kompetisi Internasional, dan diumumkan pemenangnya di Malam Penghargaan MFW9 pada bulan September mendatang.
Tepat pada pukul 16:30 WITA, setelah dijamu dengan snack, anak-anak dipersilakan masuk ke dalam ruang menonton. Fransiska Prihadi, selaku Direktur Program Minikino dan moderator pada kegiatan ini, menyambut, lalu mempersilakan mereka untuk memperkenalkan diri. Anak-anak ini berasal dari berbagai tingkatan, mulai dari kelas 4 SD sampai kelas 1 SMP. Tatra (11 tahun), Jonathan (12 tahun), Gus Bama (12 tahun), Puspa (11 tahun), Kano (11 tahun), dan Jill (9 tahun). Beberapa di antaranya sudah sempat menjadi penentu nominasi untuk kategori yang sama di tahun sebelumnya. Sementara 2 anak lainnya, seperti Kirana (11 tahun) dan Dydy (10 tahun) merupakan peserta Workshop Animasi Stop-Motion yang sempat diadakan Minikino pada 1 sampai 2 Juli lalu .
Seusai perkenalan, Direktur Festival MFW9, Edo Wulia kemudian menjelaskan tujuan pelaksanaan acara. Menurut Edo, karena film-film ini ditujukan untuk anak-anak, maka sebelum diserahkan ke dewan juri, alangkah baiknya dipertontonkan terlebih dahulu kepada anak-anak. Hal tersebut sejalan dengan perhatian Minikino terkait preferensi dan kebutuhan penonton. Melibatkan target penonton (baik anak-anak, tuna netra, ataupun tuna rungu) secara langsung dalam perancangan program, akan menimbulkan pengalaman menonton yang lebih autentik.
Pada kesempatan lain, Fransiska juga menambahkan upaya Minikino yang terus berinovasi terkait keterlibatan penonton muda. “Jadi perhatian Minikino tentang pentingnya melibatkan anak-anak itu bukan sesuatu hal yang baru, tapi sekarang makin lama makin meluas, karena kita ingin memberi variasi, bukan hanya kemudian edukasi, tapi juga literasi film. Dan ini juga menjadi upaya kita untuk bisa memahami anak-anak sekarang ini, seperti apa sih. Karena kita punya bayangan anak-anak menyukai apa, tapi ternyata mungkin berbeda”.
Seperti yang dijelaskan Fransiska, Minikino telah beberapa kali mengadakan acara yang melibatkan anak-anak, seperti Pop-Up Cinema, agenda rutin MFW yang menayangkan film-film di desa-desa di Bali. Lalu, ada Let’s Draw with Cinema pada 27 Agustus 2022– yang terinspirasi dari acara yang juga sempat diadakan Minikino, Lomba Menggambar: Around The World In 25 Minutes bersama BPPD Denpasar pada 11 Juni 2017.
Setelah penyampaian tujuan, Edo lalu mengenalkan juri kompetisi internasional, yang terdiri dari Clarissa Jacobson, Gita Vara, dan Sébastian Simon. Tepat sebelum memulai sesi menonton, Fransiska menjelaskan cara anak-anak memilih film– yaitu dengan melingkari salah satu emotikon di kertas yang berisikan informasi tiap film. Sebuah cara yang terbilang inovatif untuk menimbulkan kedekatan dengan anak-anak.
Terdapat 6 film yang kemudian harus ditonton anak-anak ini. Setiap selesai menonton 1 film, mereka akan diberi kesempatan untuk memberikan nilai, menyampaikan pendapat, serta perasaan mereka. Pada awal sesi menonton, anak-anak ini terlihat masih ragu untuk berbicara. Namun, seiring film-film selanjutnya, beberapa dari mereka mulai berani menyampaikan pendapat. Seperti Dydy, salah satu anak yang mengatakan bahwa ia suka dengan film animasi 11 (2022) karena dia suka sepak bola, disambung oleh Tantra dan Kano yang menyukai film tersebut karena gambarnya menyerupai lukisan. Begitu juga dengan film Color-ido (Color-less) (2022), yang menarik menurut Puspa dan Jill karena perubahan warna terjadi dari hitam-putih ke warna-warni.
Sembari menunggu hasil penilaian yang diakumulasikan tim Minikino, Fransiska menanyakan film yang menjadi favorit anak-anak. “Idenya bagus. Stop-motionnya juga bagus, smooth dia,” jawab Gusbam ketika alasannya memilih 11 (2022) sebagai film favoritnya. Sayangnya, meskipun banyak disukai film 11 tidak eligible masuk ke dalam nominasi karena sudah pernah mendapatkan layar lebar sebelumnya di Indonesia. Untuk mengakhiri sesi, diumumkan 3 film terpilih, untuk nominasi Best Short Film for Children MFW9, yang terdiri dari Color-ido (Color-less) (Estefanía Piñeres, Kolombia, 2022), Luce and The Rock (Britt RAES, Belgia, Prancis, dan Belanda, 2022), dan Ich habe keine Angst! (I’m Not Afraid!) (Marita Mayer, Jerman, Norwegia, 2022).
Pelaksanaan acara ini mendapat dukungan penuh dari orang tua yang hadir. “Seru sih ya. Biasanya mengajak anak menonton, hanya sekadar untuk menonton aja. Nah ini kan ada interaksinya, yang membuat anak jadi berpikir juga. Genre filmnya juga berbeda dari film yang biasa ditonton di bioskop”. Ungkap Vina, orang tua yang ikut mendampingi Jill. Dia juga berharap kedepannya kegiatan seperti ini kembali diadakan, dan mendukung apabila anaknya bersedia untuk ikut kembali.
Pemilihan film oleh anak-anak untuk nominasi MFW9 Best Children Short, adalah upaya kolaboratif festival film dalam pengembangan penonton muda di Indonesia. Anak-anak serta penonton muda pada umumnya, sudah seharusnya tidak hanya dilihat sebagai pangsa pasar bagi industri perfilman, namun turut dilibatkan secara aktif, sebagai upaya regenerasi dan stimulus kemajuan sinema Indonesia. Upaya tersebut juga dapat menjadi alternatif pembelajaran dalam mengimbangi pesatnya penyebaran informasi dan tontonan di sosial media, yang semakin mudah diakses oleh anak-anak. Oleh karena itu, melalui program ini Fransiska mengharapkan penonton muda akan tetap punya apresiasi dan kepedulian terhadap tontonannya, termasuk film pendek.
Discussion about this post