Menjejakkan kaki di tanah Dewata sebagai orang asing bisa terombang-ambing bak sampah plastik di lautan. Beruntungnya, saya tersangkut dalam sebuah jejaring untuk lebih bisa menyaring dan kemana serta akan seperti apa nantinya agar tidak terombang-ambing di tanah Dewata.
Minikino, sebuah organisasi yang sejak tahun 2002 fokus pada diseminasi film pendek menjadi pilihan pertama untuk berjejaring lebih luas. Bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang sungguh mengasyikkan. Terlebih mereka mempunyai satu kesukaan yang sama yaitu film.
Sebagai mahasiswa jurusan televisi dan film yang tidak hanya terlibat produksi film, rasanya selalu ada beban moral tentang pentingnya menjaga literasi serta pengarsipan film dengan seluruh perkembangannya. Tahun 2020 ini adalah pertama kalinya saya menjadi sukarelawan di Minikino Film Week 6, Bali International Short Film Festival (MFW6). Sampai hari menjelang festival, saya belajar banyak hal nonverbal.
Contoh hal sederhana dan sering disepelekan yang bisa menjadi pelajaran penting adalah bagaimana cara yang baik dan benar untuk menggulung kabel. Pelajaran semacam ini mungkin tidak akan pernah didapatkan di bangku-bangku institusi namun alangkah pentingnya bagi para akademisi film untuk tau, karena sering kali terjadi ketika sedang membuat film pendek untuk tugas akademis maupun hal lain diluar akademis, kabel selalu menjadi permasalahan yang dapat menjadikan biaya produksi film membengkak.
Dari berbagai program MFW6, saya ditugaskan untuk masuk ke dalam divisi Pop-Up Cinema. Ibarat Bioskop Keliling kami berkunjung ke desa-desa untuk memutarkan berbagai program film pendek dari Indonesia maupun mancanegara. Film yang diputar memiliki nilai artistik, edukasi maupun hiburan. Asyiknya, suasana menonton dibangun layaknya layar tancap tahun 90an (layar tantjep).
Mempertahankan serta membangun budaya menonton bersama anak-anak desa akan menstimulasi mereka untuk lebih mempunyai imajinatif yang kreatif. Disisi lain terjadi kontak mutualisme yang mengasyikkan untuk membangun generasi muda bagi masa depan.
Untuk menyatakan semua harapan yang terbias dari semua pelajaran yang didapat, tentu perlu sinergitas yang organik. Tidak hanya sekedar kepentingan per individu semata namun juga kepentingan misi serta visi Festival.
Di akhir malam persiapan menuju malam pembukaan MFW6, saya bersantai di warung seberang kantor Minikino dan mendapat nasehat dari penjaga warungnya. “Hal yang baik akan bertemu dengan hal yang baik.”
Dengan semangat dan niat yang baik, semoga semua acara berlangsung lancar. Semoga semua orang-orang yang terlibat bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Saya percaya ekosistem yang baik tercipta dari lingkungan yang baik, dan lingkungan yang baik tercipta dari orang-orang yang baik.
Luthfi Muhammad (Upiw), Denpasar, 3 September 2020