Sudah seminggu tepat berlalu “Begadang Filmmaking Competition 2017” yang diselenggarakan oleh Minikino, namun momen itu masih terasa jelas dalam ingatanku. Bagaimana tidak? Sebuah pengalaman berkesan yang baru saja terlewatkan, begitu singkat namun bermakna. Yaps! Kompetisi yang diselenggarakan selama dua hari mulai Sabtu, 2 September sampai Minggu, 3 September dimana para tim peserta diberi kebebasan untuk menentukan lokasi produksi film yang mereka inginkan.
Hari pertama tepat pukul 8 pagi panitia mengirimkan kunci rahasia. Perasaan menegangkan karena dari awal kita tidak tau tema apa yang akan kita angkat untuk produksi film pendek dengan batas waktu kurang dari 34 jam. Ternyata kunci rahasia itu berupa clue yang harus ada di adegan film kita, clue nya sih ada unsur-unsur Indonesia gitu, jadi pikir kami mengarah tema Indonesia. Saat itu saya sebagai penulis naskah merasa ngga enak jika ngga menuangkan ide untuk film ini. Nah terselip momen kisah nyata saya saat di perkuliahan yang pas juga saat ini lagi hangat di Indonesia. Oke kami putuskan mengambil judul “Idealisme Yang Terkoyak”.
Setelah konsep dan script jadi mulailah kami shooting. Banyak hal yang kita alami saat-saat itu, bagaimana antara cameramen dan sutradara menyatukan persepsi untuk pengambilan gambarnya, belum lagi saya yang suka ngilang karena ngejar waktu sholat. Akhirnya sisa satu scene yang mau ngga mau kita harus kerjakan malam itu juga, karena memiliki target dalam satu hari harus selesai pengambilan shot dan rencana esoknya untuk berfokus hanya pada editing. Walau waktu terasa singkat, namun kami sempatkan untuk sharing di sela break makan, dan menyempatkan evaluasi kinerja dalam satu hari itu di malamnya.
Hal ini menyadarkan kami akan kerjasama dan komitmen yang harus selalu di-upgrade sehingga penting adanya evaluasi dalam tim, sebuah keterbukaan membuat kami saling mengenal karakter satu dengan yang lain, saling melengkapi ketika mengetahui kompeten yang kami miliki. Tanpa terasa sesi evaluasi menyita waktu kami hingga pukul 11 malam, kemudian kami prepare untuk scene selanjutnya yang berakhir pada pukul 2 dini hari. Kami pikir sesi shoting sudah berakhir sehingga kami bisa tidur dan melakukan editing besok kami. Namun ada saja cobaan, ternyata pengambilan gambar dari awal itu gelap, lightingnya tidak pas dan cameranya belum di-setting . Ya sudah, kami harus mengulang lagi. Hal terlucu yang terjadi, sutradara kami yang awalnya kami pikir lagi ngecek komputer, ternyata tertidur lelap di depan komputer. Kami ngga enak membangunkannya, sehingga kami menunggu sampai jam 4 subuh dengan tidur bergiliran.
Esoknya editing dimulai jam 8 pagi sampai 1 siang, dan lanjut ke proses pengiriman. Walau ada kendala, namun Tuhan memberi jalan untuk kami yang sedang kebingungan untuk convert dan mengirim video tepat waktu dengan mengandalkan wifi.id di telkom. Ada seseorang yang menawarkan kami bantuan. Dia ibarat malaikat bagi kami.
Akhirnya kami berhasil mengirimnya tepat waktu, walau panitia sempat menanyakan ada logo freemake.com yang tanpa kami sadari saat meminta bantuan. Semoga membuahkan hasil di tanggal 12 September nanti. Terimakasih kalian timku yang telah mempercayaiku bergabung di Lakon Film. Walau pertemuan singkat namun mimpi kita untuk memberi inspirasi ke masyarakat luas melalui film bisa tercapai.
(sumber foto: koleksi pribadi penulis)