Dalam banyak konflik, anak-anak menjadi korban paling besar. Sekolah dihancurkan dan bunyi senjata membuat mereka takut sekolah. Gemuruh sumbang ini membahana menuntun masa depan mereka dipenuhi trauma. Ayah bunda terbunuh, lalu menyisakan dendam yang membuatnya tumbuh tidak seperti biasanya. Hanya segelintir yang memang berhati Santo yang mungkin bisa menghargai kehidupan sisa terhidang.
Menyaksikan kumpulan film pendek yang disusun oleh programmer Patrick Campos berjudul LUMAD, penonton digoyang-goyangkan hingga hati mereka terkapar, meratap, diam-diam menghapus cairan dari mata mereka. Ya anak-anak itu menari di depan sekolah sambil berucap akan kebesaran Tuhan (Boye’s Smile)
Film pendek satu hingga terakhir berhubungan, dan Campos berhasil menghidangkan itu bak sebuah sajian tak biasa ke meja makan kita. Dimulai dengan pertanyaan, kenapa anak-anak itu tak diijinkan sekolah? Jawaban bergulir dalam konflik rumit Filipina Selatan Mindanao yang mayoritas kaum muslim.
Konflik pemerintah dengan suku asli Mindanao (LUMAD) makin kelihatan pada film pendek (The Right to Learn) selanjutnya. Pasukan pemerintah yang mengawasi orang-orang LUMAD di pengungsian hingga membunuh guru-guru yang dituduh mengajarkan aliran menyimpang dan memprovokasi anak-anak untuk lebih peka akan keadaan tanah adatnya.
Pemerintah kemudian hanya sebagai sebuah ‘kaki tangan asing’ karena lebih membela kepentingan asing dalam mengeksploitasi kekayaan alam Mindanao (Indigenous People) yang ditutup dengan karya dokumenter kelas berat Bullet-Laced Dreams.
Bullet-Laced Dreams menampilkan karya dokumenter yang dibuat dalam waktu lama sehingga menghasilkan karya yang padat dan bertaksu. Penonton diajak mengikuti anak-anak LUMAD yang tetap berkeinginan bersekolah hingga ke Manila. Presiden Duarte yang menuduh para guru mengajarkan kurikulum bertentangan dengan Departemen Pendidikan Filipina, hingga keheranan ibu wakil presiden yang tidak mendapatkan informasi yang benar akan korban konflik anak-anak. Bullet-Laced Dream menampilkan adegan-adegan sulit yang hanya bisa dihasilkan dari ketekunan, kenekatan dan ketulusan hati pembuatnya.
Jika banyak program film pendek menemui kesulitan dalam menyusun urutan film-filmnya hingga akhirnya menjurus memaksa penontonnya membandingkan, Campos menghidangkan film pendek yang saling berkaitan ke dalam sebuah piring bahkan dengan cekatan dia menunjukkan mana yang harus dimakan terlebih dahulu hingga penontonnya keluar dengan perasaan kuat melekat akan masa depan anak-anak bangsa yang justru menjadi korban pengelola bangsa itu sendiri.
—
Dukungan untuk organisasi Save Our School Network dibuka sepanjang tahun, silakan kunjungi tautan berikut.
MMSD May 2021 program LUMAD
Programmers: Patrick Campos
Program duration:1:36:16
Screening Schedule
Sunday, 16 May 2021, 19:00 WITA (Uma Seminyak)
Friday, 28 May 2021, 19:00 WITA (MASH Denpasar)
Saturday, 29 May 2021, 20:00 WITA (Mini Teater BPNB Aceh)
Sunday, 30 May 2021, 17:00 WITA (Rumah Film Sang Karsa)
for more information about this program, please click here