Benarkah kita adalah masyarakat komunikatif? Sudahkah kita berkomunikasi secara komunikatif? Bagaimana komunikasi dapat memuaskan kebutuhan emosional kita? Berbagai pertanyaan ini muncul dalam benak, setelah saya melihat hasil kurasi bertajuk “Kisah Rahasia” dari Jakarta. Program film pendek Jakarta ini merupakan bagian dari untuk kerja pertukaran film pendek antar kota, Indonesia Raja 2016. Saya merasakan programmer Jakarta, Septa Yudhistira Pratama (Septa) & Siti Anisah (Anis) berusaha membedah berbagai topik berkaitan dengan peran emosi dalam komunikasi. Berfokus utama pada komunikasi dalam keluarga.
Film “Jangan Tidur”, dipilih sebagai sebagai film pembuka, merupakan karya film pendek dari sutradara remaja berumur 17 tahun, Fauzhyana Sharifa. Saya merasa bahwa pesan yang disampaikan sang sutradara berusaha menyentil kita yang terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga larut dalam kesibukan dan melupakan orang terdekat, orang tua.
Film selanjutnya berbicara tentang kedekatan yang ‘terlalu dekat’ sehingga sepasang suami istri justru mengalami masalah komunikasi ketika membahas sesuatu yang berhubungan dengan sex. Enggan mengungkapkan karena takut saling menyakiti. Film ini merupakan kerjasama IPPI (Ikatan Perempuan Positif Indonesia) dengan Cendrawasih Pictures, disutradarai oleh Fazrie Permana. “Setelah Kita Bicara” menghimbau bagaimana pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan. Serta pentingnya keterbukaan suami istri untuk rela melakukan tes HIV.
Keterbukaan dalam berkomunikasi sangat dibutuhkan agar pesan yang dimaksud, jelas adanya. Maksud hati ingin memberikan contoh yang baik kepada anak perempuannya, tapi ternyata ibu “ketahuan” berbuat hal yang sama dengan si anak. Vici P. Simanjuntak melalui “Pintu Samping” bercerita tentang ibu dan anak perempuannya yang sembunyi – sembunyi bertemu dengan pasangannya masing-masing. Menciptakan suasana yang canggung ketika keduanya ternyata ketahuan melakukan hal yang sama.
Susahnya berkomunikasi dalam mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan pesan yang dimaksud, diceritakan dalam film”The Flower & The Bee”. Callie, gadis kecil yang mengalami kebingungan ketika berusaha ‘membaca’ pesan yang disampaikan oleh gerakan tangan dari 2 (dua) orang remaja yang berada disekitarnya. Alih-alih bertanya pada ‘ahli’-nya (baca: orang tua) yang didapat malah tidak mendapatkan jawaban. Soda Machine Film mencoba mengangkat isu yang akrab terjadi di keseharian. Dimana kebanyakan anak-anak mencari informasi melalui teman-temannya, atau cara tercepatnya dengan menggunakan internet.
Komunikasi adalah seni. Seni untuk menyampaikan pesaan dengan cara yang paling efektif, ekonomis, elegan, dan esensial. Namun seringkali kita terjebak pada keinginan untuk mendapatkan persetujuan, bahkan melampaui keinginan untuk dipahami. Sikap ini membuat kita sulit untuk memikirkan dan mengolah tanggapan negatif. Tapi komunikasi seharusnya saling memberi dan menanggapi. Jika tidak, kita tidak pernah tahu apakah komunikasi itu sudah berjalan dengan baik. Dunia ini akan terus berubah, oleh karenanya, kita harus berkomunikasi!
catatan redaksi:
INDONESIA RAJA 2016: JAKARTA klik link ini.
Discussion about this post