IAMProject
Judul/Title
: Everybody Lies
Lokasi Produksi/Filming Location:
: Papua
Logline:
Setelah seharian mengurus anak-anaknya, Maya mencari ketenangan, namun rahasia suaminya terungkap lewat sebuah postingan di media sosial. Hal ini membuat Maya hilang kendali dan melakukan tindakan ekstrem di malam yang kelam.
After a long day of caring for her children, Maya seeks solace only to discover her husband’s secret revealed in a social media post. This shocking revelation drives her to lose control, leading her to take drastic and extreme actions on a dark night.
Sinopsis Pendek / Short Synopsis:
Maya menemukan suaminya terlibat dalam interaksi online dengan perempuan muda. Ia merasa dikhianati.
Maya discovers that her husband has been engaging in an online interaction with a young woman, leaving her feeling deeply betrayed.
Writer’s Statement:
Saya menyesal!!! Menikah di usia 19 tahun. Karena sebagai ibu muda, tidak mudah bagi saya untuk menyesuaikan hidup baru saya kala itu. Kesibukan saya di rumah mengurus rumah tangga, dan juga mengurusi dua balita yang hanya berbeda umur satu tahun membuat saya jarang mengurus diri. Belum lagi keahlian finansial yang secara tiba-tiba harus saya kuasai. Banyak berpikir dan sulit tidur, bahkan tidak ada teman untuk sekedar berbagi lelah dan cerita. Hanya sosial media yang sedikit meredam rasa lelah dan rasa bosan yang melanda yang saya rasakan. Namun tidak jarang, algoritma justru menyajikan semua yang tidak saya miliki seperti yang dimiliki para influencer muda berambut curly membuat saya minder dan bahkan pernah saya mencukur habis rambut saya karena saya benci dilahirkan tidak seperti mereka yang memiliki rambut curly.
I regret marrying at 19. As a young mother, adjusting to my new life was incredibly challenging. I was overwhelmed with managing the household and caring for two toddlers who were just a year apart, leaving little time for myself. On top of that, I had to quickly learn financial management. The stress often kept me awake at night, and I lacked friends to confide in. Social media became my only escape from the fatigue and boredom, but it often made me feel inadequate. The constant comparison to young influencers with curly hair, something I didn’t have, led me to despise my own appearance so much that I even shaved off my hair.
Producer’s Statement:
Film ini mengangkat isu sosial yang banyak terjadi di lingkungan sekitar tentang sepasang suami istri yang terkena dampak buruk dari sosial media dan diperparah dengan tidak adanya dukungan dari pihak mertua yang sering kali malah memojokkan si menantu.
This film addresses a prevalent social issue involving a couple negatively impacted by social media. The situation is further exacerbated by the lack of support from the in-laws, who frequently place undue pressure on the son-in-law.
Director’s Statement:
Permasalahan antara perempuan dan perempuan dalam sebuah keluarga adalah sebuah permasalahan yang pelik. Bagaimana tidak? Perempuan yang harusnya mengerti bagaimana kebutuhan dari perempuan lainnya kadang malah membatasi satu sama lain. Film ini ingin menceritakan kepelikan tersebut dalam sebuah bingkai hitam dan putih yang menggambarkan keterbatasan warna. Keterbatasan warna tersebut ingin kami gunakan untuk menampilkan keterbatasan hak, kebebasan, dan penuh belenggu dari sekumpulan perempuan dan perempuan lainnya.
The conflicts between women within a family are deeply complex. It’s ironic that women, who should empathize with each other’s needs, often end up restricting one another. This film aims to portray this issue through a black-and-white frame, symbolizing the constrained and monochromatic experiences of these women. By using this color limitation, we seek to highlight the restricted rights, limited freedom, and the pervasive constraints faced by women within their own circles.
