TANIA & DARAS
Lokasi Produksi/Filming Location:
: Banten
Logline:
Seorang perempuan sedang bermain game online bersama pacarnya tiba-tiba ditelpon oleh ibunya dan dijodoh2kan
A woman is playing online games with her boyfriend when her mother unexpectedly calls her, setting up a matchmaking session that disrupts their game.
Sinopsis Pendek / Short Synopsis:
Sekar sedang persiapan untuk pernikahan virtual di sebuah game, tapi tiba-tiba ditelfon mamanya untuk dijodoh-jodohkan.
Sekar is getting ready for a virtual wedding in a game when her mother suddenly calls her, arranging a real-life setup that interrupts her plans.
Writer’s Statement:
Dalam sebuah keluarga, anak perempuan merupakan orang yang paling rentan terkena kekerasan. Terutamanya dalam budaya Indonesia, pemaksaan dan perampasan kebebasan terhadap anak perempuan adalah hal yang dinormalisasi dengan alasan ‘pernikahan’ dan ‘menghormati orang tua’. Tak jarang juga pemaksaan dan perampasan kebebasan tersebut kemudian dilakukan kembali oleh korban kepada generasi selanjutnya. Lingkaran setan ini sangat susah berhenti jika korban terus berada di dalam tekanan tersebut. Oleh itu saya ingin memperlihatkan karakter Sekar yang sudah mulai keluar dari lingkungan toksik tersebut, mulai berupaya memutuskan lingkaran setan tersebut.
In a family, girls are particularly vulnerable to violence, and in Indonesian culture, coercion and the deprivation of freedom are often normalized under the guise of “marriage” and “respecting parents.” This coercion is frequently perpetuated by victims onto the next generation, creating a difficult-to-break cycle. Through the character of Sekar, who is beginning to escape this toxic environment and challenge the vicious cycle, I aim to highlight the struggle to break free from these oppressive norms and inspire change.
Producer’s Statement:
Unlearning, & Relearning adalah proses yang harus terus dilakukan seiring berkembangnya zaman, dan menurut saya film ini adalah salah satu bentuk upaya dari proses tersebut. Film ini penting ada untuk menantang toksisitas yang sudah berakar terlalu dalam di masyarakat.
Unlearning and relearning are essential processes as times evolve, and I believe this film is a significant effort in that journey. It plays a crucial role in challenging deeply rooted toxicity within society, encouraging growth and change.
Director’s Statement:
Sejak kecil saya sering kali melihat kekerasan terhadap perempuan di keluarga saya. Suami kepada istri, ayah kepada anak perempuan dan banyak lagi. Saya semakin membenci hal itu ketika saya akhirnya turut menjadi korban kekerasan dari ibu saya yang saat itu juga menjadi korban dan menerima banyak tekanan dari ayah saya dan keluarga ayah saya. Hubungan saya dengan ibu saya menjadi sangat renggang karena saya sangat trauma untuk bicara dengan ibu saya. Setelah ibu saya bercerai dengan ayah saya, ibu saya akhirnya bisa lepas dari semua tekanan itu. Tanpa tekanan, banyak perkembangan yang terjadi pada ibu saya terutamanya dari segi mental. Ibu saya akhirnya bisa mendengarkan saya dan meminta maaf pada saya atas semua kekerasan yang pernah dilakukannya pada saya. Hubungan kami membaik dan saya akhirnya mengerti kenapa dulu beliau seperti itu. Dengan film ini, saya ingin menunjukkan bahwa kekerasan bisa mengubah pola pikir seseorang, tapi kita bisa mematahkan lingkaran setan tersebut.
As a child, I witnessed widespread violence against women within my family—husbands to wives, fathers to daughters, and more. This issue became even more painful for me when I became a victim of violence from my own mother, who, having been a victim herself, was pressured by my father and his family. Our relationship was deeply strained, and I was traumatized by the interactions with her. After my mother divorced my father, she was finally freed from those pressures, leading to significant personal growth, particularly in her mental well-being. She began to listen to me and apologized for the violence she had inflicted. Our relationship improved, and I gained a deeper understanding of her actions. With this film, I aim to illustrate how violence can profoundly impact a person’s mindset but also show that breaking the vicious cycle is possible.