[ap_testimonial image=”https://minikino.org/indonesiaraja/wp-content/uploads/2017/03/bali.png” image_shape=”square” client=”Ayu Diah Cempaka” designation=”Programer | Bali”]
Programmer Release
[/ap_testimonial]
Indonesia Raja 2017: Bali
“FILM BALI MENCARI BENTUK”
Apa yang kita bayangkan ketika mendengar orang Bali membuat film? Saya berani bertaruh bahwa sebagian dari kita akan membayangkan bahwa film-film yang diciptakan tak lepas dari dekorasi artistik, keindahan alam, upacara keagamaan yang adiluhung, serta hal-hal lain yang kerap kita jumpai dalam seni-seni tradisi Bali.
Mungkin dibutuhkan kerja keras untuk membayangkan Bali sebagai kota dengan kejadian sehari-hari yang tak jauh berbeda dari kota-kota lain : yang mengalami permasalahan masyarakat urban, yang acuh tak acuh pada mitos, dan memiliki sisi yang tak berkaitan sama sekali dengan keadiluhungan budaya dan agama.
Saya tidak akan mengatakan bahwa film-film dalam program ini adalah film-film terbaik yang diproduksi dalam kurun waktu 1 tahun oleh pembuat film Bali. Alih-alih, kelima film dalam program “Film Bali Mencari Bentuk” adalah film-film yang sungguh saya apresiasi upayanya yang apa adanya dalam menceritakan Bali. Upaya ini saya pikir penting, di tengah maraknya film-film yang mempersonifikasikan Bali sebagai tanah eksotik, yang memosisikan tradisi keagamaan dan kebudayaan sebagai objek atau masalah paling dasar bagi orang Bali.
“Mana Handphoneku” dan “Perpustakaan” adalah 2 film hasil workshop ‘One Take’ Filmmaking oleh Minikino yang dengan singkat namun padat menghadirkan kecerobohan seorang pengguna telepon genggam sebagai sindiran atas masyarakat pengguna telepon pintar ternyata tidak sepintar alat yang digunakannya. Sementara “Perpustakaan” bercerita singkat tentang suasana mencekam di ruang perpustakaan dengan jatuhnya buku-buku tanpa sebab. “Ngintip”, sebuah film yang memosisikan kegiatan ngintip leak sebagai keseharian anak muda tanggung dan berbuah petaka. Film ini menjadi menarik karena ia mengenyampingkan kesan mistis dari ritual ngeleak yang selama ini hanya disoroti dari sisi ritualnya saja. “Lala Goreng” menghadirkan tutorial memasak dengan menggunakan kreasi kertas lipat untuk mengganti bahan-bahan yang digunakan, untuk menunjukkan interaksi antara manusia dan makhluk hidup lainnya yang tidak seimbang. Terakhir, “Tengai Tepet”, atau dalam bahasa Indonesia berarti siang bolong, menceritakan tentang dua anak muda yang berhadapan dengan hal-hal kasat mata yang di satu sisi hadir sebagai kepercayaan yang menurun, tapi di satu sisi diragukan kebenarannya.
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”1″]
[/ap_column]
[ap_column span=”5″]
Durasi total : 48 menit 22 detik
Rekomendasi Usia Penonton: 13+
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
Synopsis:
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″]
[/ap_column]
[ap_column span=”4″]
MANA HANDPHONEKU
I Wayan Januarta | Bali | 2016 | 05.00
Handphone Arta selalu ketinggalan, sampai pada suatu hari membuat sibuk seluruh teman-temannya.
Statement Sutradara :
Saya merasa sangat beruntung bisa mengikuti dan berpastisipasi dalam workshop ‘One Take’ yang diadakan oleh Minikino. Mudah-mudahan ini bisa berlanjut kedepannya serta semakin bemunculan sineas – sineas muda dan insan kreatif di industri per-filman indonesia,khususnya di one take film.
Profil Sutradara :
I Wayan Januarta adalah siswa Campuhan College angkatan 2016.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″]
[/ap_column]
[ap_column span=”4″]
PERPUSTAKAAN
Kadek Ani Widianingsih | Bali | 2016 | 07.24
Sebuah kisah mistis yang terjadi dalam perpustakaan yang sepi. Benarkan cuma sedirian di sana?
Profil Sutradara :
Kadek Ani Widianingsih adalah siswi Campuhan College angkatan 2016.
Statement Sutradara :
Saya sangat bangga bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini. Disini saya benar” belajar bagaimana bekerja sama dengan team secara baik. Tanpa kekompakan dan kerjasama film kami yg berjudul Perpustakaan tidak akan tercapai.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
NGINTIP
Rai Dwi Purnama Dewi | Bali | 2016 | 16.13
Godek (19 Tahun) dan Sogol (19 Tahun) hendak mengunjungi Denik (19 Tahun) di Karangasem. Sampai di sana mereka diajak Denik untuk mengintip perubahan wujud manusia menjadi makhluk menyeramkan yang sering disebut Leak. Bersama Ketut (19 Tahun) dan Wayan (19 Tahun), mereka berangkat saat tengah malam menuju sawah, tempat masyarakat setempat biasa mengintip. Disanalah hal yang tidak mereka rencanakan terjadi.
Statement Sutradara :
Film Ngintip ini menelaah hal-hal bersifat klenik yang sering dilakukan oleh masyarakat Bali. Di Bali, sosok Leak merupakan salah satu sosok mistis yang ditakuti karena perwujudannya yang mengalami perubahan dari sosok Manusia menjadi sosok serupa manusia namun dengan perawakan yang menyeramkan. Di daerah tertentu seperti di wilayah Karangasem, perubahan wujud Leak ini sering diintip oleh masyarakat sekitar yang penasaran akan proses perubahan wujudnya saat tengah malam Kajeng Kliwon. Namun, karena sosok Leak ini tidak hanya satu, tidak dipungkiri, masyarakat yang sedang mengintip sering kedapatan diintip oleh Leak lain. Atas dasar inilah kami membangun ide cerita berjudul Ngintip yang mengangkat hal sama namun dengan membawa unsur komedi.
Profil Sutradara :
Rai Dwi Purnama Dewi, merupakan wanita berusia 21 Tahun dengan pengalaman menjadi Sutradara semenjak ia berada di semester 3. Adapun Film yang disutradarainya ialah Film Dokumenter “Joged Bumbung”, Dokumenter “Subak Buangga”, Acara televisi “Sama Sanggar”, pertama kalinya menyutradarai Film Fiksi “Ngintip” dan sedang menggarap Film Fiksi yang akan rampung pada Juli 2017 berjudul “Lintang Ayu”.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
LALA GORENG
Edo Wulia | Bali | 2016 | 03.03
Lala membuat VLOG cara membuat Lele goreng kesukaannya, tapi Lele tidak suka Lala.
Statement Sutradara :
Ini adalah bagian dari workshop yang diadakan minikino dengan fokus utama ‘one take’ filmmaking.
Profil Sutradara :
Edo Wulia, saat ini menjabat jadi direktur organisasi Minikino. Terlibat beberapa produksi, dalam konteks workshop/pelatihan/lokakarya, maupun komersil.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
TENGAI TEPET
I Dewa Made Febriantow Sukahet | Bali | 2016 | 17.54
Dua orang sahabat yang memiliki kebiasaan kumpul di pos kamling salah satu desa di Bali. Menjelang siang mereka kebingungan untuk melakukan aktivitas apa. Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke air terjun dan mengabaikan mitos setempat.
Award :
Finalis UI Film Festival
Statement Sutradara :
Film ini merupakan interpretasi dari pengalaman-pengalaman kawan di saat waktu kritis (pergantian waktu). Mengingatkan kembali kepercayaan masyarakat Bali tentang mitos Tengai Tepet (siang bolong).
Profil Sutradara :
I Dewa Made Febriantow Sukahet adalah mahasiswa Film dan Televisi ISI Denpasar. Senang dengan karya film yang realis dan logis saja untuk saat ini serta dekat dengan sekitar.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
https://www.youtube.com/watch?v=MLHGmJnyi9c