[ap_testimonial image=”https://minikino.org/indonesiaraja/wp-content/uploads/2017/03/yogyakarta-1.png” image_shape=”square” client=”Panji Prawira” designation=”Programmer | FFPJ (Festival Film Pelajar Jogja)”]
Programmer Release
[/ap_testimonial]
INDONESIA RAJA 2017 – Yogyakarta
“JAWA LUPA DARATAN”
Film Pendek tidak hanya sekadar film berdurasi layar yang sedikit, namun ada hal-hal yang bisa didiskusikan secara mendalam pada unsur Film Pendek. Pada saat ini film-film Pendek menjadi sarana pembuat film untuk mengungkapkan pengalamannya kepada khalayak. Dimana tidak sedikit pula pengalaman-pengalaman pembuat film pendek pun juga dialami oleh penonton, sehingga relasi penonton dan pembuat film terjalin begitu kuat melalui komunikasi dengan media film pendek tersebut.
Melalui program dengan tajuk “Jawa Lupa Daratan” bukan berarti penulis ingin memberikan konotasi negatif dalam kalimat itu, namun lebih cenderung diasosiasikan sebagai karakter yang telah merubah pandangan serta identitasnya. Adapun penilaian perubahan yang muncul, karena setiap individu memiliki sudut pandang masing-masing dalam memaknai
perubahan itu sendiri.
Keempat film pada program ini adalah cerita-cerita yang begitu dekat dengan kejadian-kejadian yang sering terjadi dilingkungan sekitar. Cerita pada keempat film ini tidaklah cerita yang bisa dipandang sebelah mata, namun kejadian yang mendasar dalam kehidupan bersosial.
Menceritakan mengenai perbedaan kepercayaan antara bapak dan anak, “Yuwana Mati Lena” disajikan dengan mengambil latar cerita disebuah kampung dengan pola hidup penduduk yang masih konvensional. “SOS” bercerita mengenai kakek yang sedang mencari adik kesayangannya yang sudah lama tidak pulang kerumah. Ada yang sedikit menarik dengan kisah ibu-ibu warga desa Kiringan yang berperan lebih besar didalam sebuah keluarga, yang mana diceritakan melalui film “Jamu; Saking Wingking Mengajeng”. Lain halnya dengan film “Panggon” yang menceritakan perjalanan kakek dan cucunya untuk mencari tempat bermain layang-layang.
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”1″]
[/ap_column]
[ap_column span=”5″]
Durasi total : 61’54”
Rekomendasi Usia Penonton: 17+
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
Synopsis:
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″]
[/ap_column]
[ap_column span=”4″]
Yuwana Mati Lena
(Muhammad Alfayed | ISI Yogyakarta / Yogyakarta / 2017 /18’37”)
Pak Kades dan Bu Kades mengajak putranya, Lantip untuk ikut menghadiri ritual Suran yang di pimpin oleh Pak Kades namun Lantip Menolak. Lantip kesal dengan warga dan keluarganya yang masih meyakini sesaji-sesaji sebagai syarat keselamatan. Ia berniat membuang sesaji weton yang disiapkan ibunya. Tak sengaja Pak Karto, wakil Kepala Desa, mendapati Lantip kendak membuang saji itu. Pak Karto pun memanfaatkan peristiwa ini untuk menghancurkan kepercayaan warga pada Pak Kades.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″]
[/ap_column]
[ap_column span=”4″]
SOS
(Amallia Putri Budi Utami | Avikom Pictures UPN “Veteran” Yogyakarta / Yogyakarta /
2014 / 12’44”)
Sugeng menolong Slamet untuk mencari adiknya, Budi, yang sudah lima tahun tidak pernah pulang. Dalam perjalanan mencari Budi, keduanya mengalami musibah.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
Jamu; Saking Wingking Mengajeng
(Nur Wucha Wulandari | Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta / Yogyakarta /
2016 / 20’47”)
Ibu Murjiati (46thn) memenuhi kebutuhan utama keluarganya dengan membuat dan berjualan jamu. Dusun Kiringan, Bantul, Yogyakarta 80% perempuannya mampu menggolah kebutuhan domestik rumah tangga hingga mengorganisir kelompok masyarakat di lingkungan mereka dengan membuat dan berjualan jamu.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
Panggon
(Ghalif Putra Sadewa | ISI Yogyakarta / Yogyakarta / 2016 / 09’46”)
Layangan adalah permainan yang digemari hampir semua anak- anak begitu juga dengan Bagus yang sangat senang dibuatkan layang-layang oleh Pak Satmo, kakeknya. Bagus pun hanya bisa berlari lari di depan teras rumahnya karna memang ia tinggal di daerah yang sangat padat akan pemukiman penduduk di Yogyakarta, tepatnya di pemukiman Kali Code. Dari situlah timbul kebingungan dari Pak Satmo dan Bagus dimana layanglayang yang mereka buat akan diterbangkan?
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]