Lokasi Pemutaran & Waktu: IRAMA INDAH, Denpasar Sabtu/Sat 30 January 2016, jam 19:30 – 21:10 WITA RUMAH FILM SANG KARSA, SingarajaSabtu/Sat 6 February 2016, jam 19:30 – 21:10 WITA
Programmer: Olwin Aldila & Fransiska Prihadi
Total Durasi: 58’00”
Seksi identik dengan sesuatu yang menarik, eksotik, unik. Tapi, praktek korupsi yang kelihatannya seksi dan menggoda sesungguhnya berbahaya. Kelima film pendek dalam program ini bercerita tentang korupsi di kelompok yang berbeda-beda, mulai dari pemerintah, institusi pendidikan, keluarga, sampai pergaulan sehari-hari.
“Negeri Penjara(h)”
(Agus Wiranata/2015/Bali/Bahasa Indonesia dengan teks Bahasa Inggris/Animasi/2’30”)
Akar dari permasalahan korupsi adalah konflik kepentingan.
The root of coruption is conflict of interest.
“Ijolan”
(Eka Susilawati/2014/Purbalingga/Bahasa Jawa dengan teks Bahasa Indonesia/Fiksi/6’)
Nur dan Ratih adalah saudara kembar. Suatu hari listrik rumah mereka kehabisan pulsa dan uang kiriman belum datang dari orangtua di Jakarta. Untuk mendapatkan uang, Ratih meminta Nur bertukar kelas.
Nur & Ratih are twins. One day they ran out of money to buy electrical voucher for their home. To get money, Ratih asked Nur to switch class.
“The Fight through Cartoon”
(Zunar & Mic Hoo/2014/Malaysia/Bahasa Melayu dengan teks Bahasa Inggris/Dokumenter/20’)
Seperti kebanyakan teman seperjuangannya, Zunar menggunakan kartun sebagai satu cara untuk menyalurkan kekecewaannya dengan pemimpin-pemimpin Malaysia. Menggabungkan kekuatan visual dengan sindiran satir, Zunar menyadarkan banyak orang mengenai korupsi dan ketidakadilan.
Like many of his international counterparts, Zunar uses cartoons to communication his frustration with Malaysian leaders. Fusing powerful visuals with satire and humour, Zunar seeks to raise the conscience of the people to rise together to fight corruption and injustice.
“Tinuk”
(Aprilingga R. Dani/2015/Malang/Bahasa Jawa dengan teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris/ Fiksi/15′)
Tinuk, seorang ibu rumah tangga, ingin memiliki ponsel pintar yang ditawari oleh Maskur, mantan kekasihnya. Setiap hari Tinuk selalu membujuk suaminya, Wahono, untuk membelikannya. Kesulitan ekonomi membuat Tinuk memaksa Wahono memakai uang setoran parkir, namun Wahono selalu menolak karena bukan haknya untuk memakai uang tersebut.
Tinuk, a middle class housewife, desires for the smart phone offered by her ex boyfriend, Maskur. Tinuk always begs her husband, Wahono, to buy it for her, despite of their financial difficulties. As a parking attendant, Wahono gathers parking fees to hand in, in which Tinuk pushes him to spend on the phone. However, Wahono never agrees with her, as he knows the money is not his.
“Psssttt… Jangan Bilang Siapa-siapa “
(Chairun Nissa/2012/Jakarta/Bahasa Indonesia dengan teks Bahasa Inggris/Fiksi/15’)
Tiga siswa SMU yang tumbuh dalam didikan nilai yang berbeda menghadapi persoalan korupsi di sekitarnya. Kini mereka dipaksa memberi buku paket yang sudah di-mark up. Bagaimana mereka bersikap, sambil mempertahankan persahabatan?
Three high school students with different moral value background dealing with corruption issues around them. They are forced to purchase textbooks on marked up price. How do they handle this problem without affecting their friendship?