Home / Kegiatan Khusus / MINIKINO X TATKALA: MAY MAY MAY 2023

MINIKINO X TATKALA: MAY MAY MAY 2023

Membaca Film, Merangkai Kata
Minikino x Tatkala: May May May

Pembicara: Made Adnyana Ole
Moderator: Ahmad Fauzi (minikino)
Tanggal: Sabtu, 13 Mei 2023
Waktu: 19:00 – 21:00 WITA
Lokasi: Rumah Belajar Komunitas Mahima, Jl. Pantai Indah III No. 46 Singaraja
Peserta: Remaja (Indonesia and International)
Format: Film screening + Talks
Bahasa: Indonesia

Overview Acara :
Dalam rangka Pre-event Minikino Film Week 9, Minikino bekerja sama dengan Tatkala dan Mahima dalam rangkaian acara “May May May” untuk menyelenggarakan acara Membaca Film, Merangkai Kata. Dalam acara ini para peserta akan menyaksikan film Jamal (2020) karya Heri Fadli dan Annah la Javanaise (2020) karya Fatimah Tobing Rony lalu merespons kedua film pendek tersebut menjadi sebuah puisi. Melalui pembacaan kontekstual dan artistik dari sebuah film dan dibekali oleh materi singkat dari pembicara, peserta akan membuat satu buah puisi. Puisi yang sudah selesai ditulis akan dibacakan dan dibahas bersama untuk saling memberi masukan secara kritis.


Laporan Kegiatan

Secara umum peserta yang ikut dalam workshop ini dapat dikategorikan dalam usia remaja dan dewasa. Latar belakang peserta pun beragam mulai dari anak SMA, mahasiswa, pelukis, sampai sastrawan yang memang sudah biasa menulis puisi. Jumlah peserta dalam absen tercatat 24 orang. Sedangkan, jumlah peserta secara headcount sebanyak 35 orang (beberapa tidak absen karena terlambat dan masa yang cukup cair saat workshop dimulai). Untuk peserta yang ikut menulis puisi berjumlah 16 orang.

Workshop Membaca Film, Merangkai kata ini dibuka oleh Ozi dari Minikino dengan memberikan sedikit konteks mengenai film yang akan disaksikan oleh para peserta. Sehingga saat film dimulai penonton sudah memiliki gambaran dan kesadaran jika film ini mesti direspons ke dalam bentuk puisi. Seusai menonton film, Ozi mengajak peserta untuk membicarakan tangkapan dan rasa apa saja yang didapat. Untuk film Jamal beberapa peserta bisa menangkap sebuah gambaran kesedihan, kesepian dan komposisi lanskap yang menyerupai lukisan. Lalu dari Annah la Javanaise para peserta menemukan kembali sebuah kemerdekaan, dan perlawanan atas perbudakan dalam nuansa yang getir. Tini Wahyuni, peserta yang berlatar belakang sebagai pelukis mengatakan senang bisa menonton kedua film ini, karena ia merasa dekat secara personal sebagai perempuan dan merasakan semacam kesunyian yang sama.

Seusai mengumpulkan tangkapan dari para peserta, Ozi mengatakan jika hal-hal tersebut bisa menjadi bekal untuk membuat puisi. Lalu berikutnya Adnyana Ole memberikan materi sebagai amunisi untuk membuat puisi. Ole sendiri mengatakan jika tangkapan dari para peserta ini bisa menjadi modal bangunan sebuah puisi. Jika film dibangun oleh oleh gambar-gambar, maka puisi dibangun oleh kata-kata. Secara sederhana, Ole meminjam terminologi di Bali yang biasa dipakai untuk menjelaskan apapun tentang kesenian, misalnya, Wirasa, Wiraga, Wirama. Artinya, Wirasa itu rasa, kita mendapatkan rasa, Wiraga itu bangunan, dan Wirama itu adalah irama. Dari penghayatan itu, menulis puisi bisa menawarkan perspektif yang berbeda. Bisa juga memberi tawaran baru yang tidak didapat dalam film.

Seusai pemberian materi, para peserta masing-masing menulis puisi bersama pada selembar kertas selama 20 menit. Seusainya, puisi tersebut dikumpulkan pada para pembicara, lalu pembicara memilih secara acak puisi untuk dibacakan oleh penulisnya. Setiap selesai pembacaan puisi, Ole memberi komentar terkait penulisan puisi yang telah dibacakan.

Dokumentasi Kegiatan:

Related post


Top