Dua jenis dokumenter sebelumnya sering kali dianggap mengabaikan hal penting: bahwa dibalik persuasi dan retorika film dokumeter terdapat aksi rekam manusia. Dokumenter observasional muncul atas kegelisahan tersebut seiring dengan kehadiran kamera 16mm pada dekade 1960an. Kegelisahan ini berangkat dari pertanyaan ‘apakah mungkin pembuat film hadir langsung di tengah-tengah subyeknya dengan niatan merekam apa yang ada di hadapannya tanpa intervensi apapun?’
Teknologi kamera 16mm beserta perekam Nagra memudahkan pembuat film saat itu karena ukuran kamera dan alat rekam suara yang ringan dan bisa dibawa kemanapun oleh satu orang. Ucapan dapat direkam secara sinkron dengan gambar tanpa adanya kabel-kabel yang menghambat proses pembuatan film sehingga peristiwa yang terjadi dapat direkam dengan natural.
Film dokumenter jenis ini tidak menggunakan suara voice-over, musik latar, dan tanpa wawancara. Apa yang kita saksikan di layar seakan nyata hadir di depan mata. Contoh film-film dari dokumenter jenis ini antara lainnya High School / Frederick Wiseman, 1968, Document Rojo / Noriaki Tsuchimoto, 1964, dan Don’t Look Back /Nicholas Roeg, 1967.
Contoh film dokumenter observasional kontemporer:
Negeri di Bawah Kabut / Shalahuddin Siregar / Indonesia /2011
============
Contoh film dokumenter observasional:
Salesman
Albert Maysles / Amerika Serikat / 1968 / 85 menit
Maysles Bersaudara fokus terhadap periode tertentu dari kehidupan empat orang penjual Injil di Amerika. Kerja penjualan Injil tersebut dilakukan dari pintu ke pintu. Dunia dalam film ni pada awalnya diperlihatkan kejam, sebuah tempat dimana agama dijadikan komoditas. Tapi ketertarikan dari Maysles Bersaudara terhadap subyek-subyeknya mampu menelisik dunia para penjual Injil itu dari beberapa sudut pandang selain sisi komersialisasi agama. Bagaimana setiap penjual Injil tersebut saling berinteraksi antana sesamanya, dengan keluarga mereka, dan terutama dengan calon pembeli mereka. Teknologi kamera portable dan alat rekam suara yang sudah sinkron dapat membuka ruang-ruang lain dan lebih pribadi ke dalam pembuatan film dokumenter, dan Salesman adalah salah satu pionir dalam gerakan dokumenter bentuk ini.
Bagi Maysles bersaudara peting untuk pembuat film, subyeknya dan penontonnya menjadi teman satu sama lainnya, Oleh karena itu mereka menciptakan modofikasi alat rekam suara sehingga subyek-subyeknya tidak lagi terganggu akan kehadiran mereka. Dengan pendekatan personal mereka mencoba dekat dengan subyek- subyeknya sehingga tak ada jarak lagi. Ruang pribadi seperti kamar tidur bisa leluasa mereka rekam bserta subyek-subyeknya, termasuk pembicaraan intim. Kehadiran pembuat film seperti dihilangkan, dan adegan pembuat film mewawancarai subyeknya ditiadakan. Film mereka terasa seperti fiksi dimana cerita dan peristiwa hadir di depan kamera tanpa intervensi pembuatnya, hanya bedanya yang hadir di layar bukanlah bintang film melainkan orang biasa.
Poin Diskusi
# Apa fungsi pembuat film di dalam film dokumenter jenis ini?
# Inovasi teknologi seperti apakah yang Anda tangkap dari film ini dibanding jenis dokumenter yang sebelumnya sudah dibahas?
# Dengan tidak adanya wawancara, kesan apa yang Anda dapat kan dari sebuah film dokumenter?
==================
Sabtu, 23 Agustus 2014 | Free of Charge | 19.30 – 21.30 PM (Indonesia Central Time)
Mini Hall Griya Musik Irama Indah
Jl. Diponegoro 114
Denpasar – Bali
tel/fax: (0361)226886 / (0361)237567
=====================================
Screening Officer: Edo Wulia | edo@minikino.org