Untuk pertama kalinya film-film pendek pilihan dalam program Minikino Monthly Screening and Discussion dapat ditonton secara online. Minikino bekerja sama dengan Miyu Distribution, sebuah perusahaan distribusi Prancis yang berfokus pada distribusi film pendek animasi. Mereka menangani pendistribusian mulai dari film-film karya kelulusan sekolah terkemuka hingga film produksi independen. Delapan film pendek animasi dipilih oleh Fransiska Prihadi (Minikino) ke dalam playlist Minikino Monthly Screening and Discussion June 2021, bertajuk Women & Non-Binary Directors. Program ini bersumber dari kanal Youtube Miyu Distribution.

Walaupun seluruh film sudah dapat ditonton di kanal Youtube, Minikino tetap mempertahankan budaya sinema dengan memutar film dalam kualitas terbaiknya di layar lebar yang disertai diskusi bersama penonton. Acara pemutaran hanya dilakukan sekali saja, yaitu pada Jumat, 11 Juni 2021 di art-house cinema MASH Denpasar.
Sangat menyenangkan melihat antusiasme penonton yang hadir langsung di lokasi. Terlebih sejak dimulainya pandemi, art-house cinema MASH Denpasar mengurangi banyak sekali kegiatan rutinnya. Interaksi antar penonton hingga diskusi dengan filmmaker terasa hangat walaupun dilakukan dengan Zoom meeting. Sutradara Gusła Or The Spirits, Adrienne Nowak meluangkan waktunya untuk hadir secara online dari Prancis dan menjawab berbagai pertanyaan penonton.
Mengenal Bayang-Bayang Adrienne

Gusła Or The Spirits yang diproduksi tahun 2016 dan berdurasi hampir 9 menit telah diputar di berbagai festival film animasi maupun dokumenter dunia seperti Hot Docs Canadian International Documentary Festival (Canada), Slamdance Film Festival (Utah, USA), hingga New Chitose Airport International Animation Festival (Hokkaido, Japan). Film animasi dokumenter asal Prancis ini diangkat dari pengalaman hidup sang sutradara Adrienne Nowak yang tinggal dan besar di Polandia. Film ini adalah upaya Adrienne untuk menerima dan membicarakan sejarahnya sendiri.
Melalui Gusła Or The Spirits, Adrienne menceritakan tentang kunjungan ke rumah keluarga besarnya dan berusaha memenuhi rasa ingin tahunya tentang sejarah terkait komunisme. Adrienne yang biasa dipanggil Adi merasakan bagaimana sebagian besar orang yang diajak berbicara tentang topik ini bicara berputar-putar seakan tidak berani bicara lebih jelas tentang pengalaman mereka sendiri. Seolah-olah takut. Ia melihat memori tentang Lenin terus membayangi kehidupannya hingga masa kini. Secara sadar Adi memilih menggunakan black humour untuk membicarakan hal-hal yang sulit sekaligus menghibur. Dalam film ini humor ironis adalah upaya subjek film untuk memahami bayang-bayang sejarah.
Saat diskusi MMSD Juni 2021, Adi bercerita tentang beberapa momen menarik dalam proses produksi yang memakan waktu sekitar 4 tahun. Pendekatan konseptual Adi menggunakan perpaduan antara animasi 2D yang digambar menggunakan tangan dengan animasi 3D saat munculnya wajah Lenin yang terproyeksi di berbagai benda rumah tangga maupun kejadian dalam jalinan cerita. Berbagai keseharian Bibi dan Paman Adrienne tanpa disadari tetap dihantui bayang-bayang Lenin.
Adrienne Tidak Sendiri

Dalam sesi diskusi, seorang penonton bertanya tentang perbedaan apa yang paling dirasakan sebagai sutradara dan animator perempuan dalam berkarya menampilkan sebuah cerita. Apabila film tentang Lenin dan Stalin dibuat oleh sutradara laki-laki, penonton mungkin akan terasa berbeda pendekatannya dengan karya Gusła Or The Spirits. Penonton juga mempertanyakan pengaruh perbedaan gender pembuat filmnya, terutama untuk perempuan atau non-biner.
Adi menjawab pertanyaan tersebut dengan berbagi cerita saat menemui kendala saat proses produksi. Adi sempat frustasi karena dana produksi yang semakin menipis, sementara filmnya masih dalam tahap post production dan jauh dari tampilan selesai. Alih-alih mencari biaya untuk bisa melanjutkan proses produksi, Adi berusaha mencari solusi layaknya seorang ibu dengan naluri bertahan hidup yang kuat. Ia berusaha mencari cara agar bisa memanfaatkan dana yang tersisa secara optimal untuk tetap menyelesaikan karya. Pengalaman Adi dan beberapa rekannya yang pernah bekerja untuk sebuah rumah jompo menjadi inspirasi untuk melibatkan orang-orang lanjut usia. Para penghuni panti jompo memiliki banyak waktu untuk ikut mewarnai dan membantu menyelesaikan film animasi tersebut. Tim produksi akhirnya berkolaborasi dengan sekitar dua puluh perempuan lansia dari panti jompo.
Sebagai animator yang sebelumnya biasa bekerja sendiri, Adi mencari orang-orang yang dia harap mempunyai pengalaman yang sama seperti dirinya untuk bersama menuangkan pengalaman itu ke dalam animasi. Gusła Or The Spirits sejak dalam tahap pembuatannya sudah menjadi pengalaman kolektif yang tercipta dari kolaborasi antara animator bahkan dengan orang-orang lansia di panti jompo. Film ini mempersembahkan pengalaman personal Adi agar bisa menjadi inspirasi bagi orang-orang lain.
Pemahaman dan Pengharapan
Hidup itu layaknya pertunjukan, ujar Adi. Saat beranjak dewasa, ia hanya mengenal laki-laki dan perempuan. Saat ini dunia berubah dan banyak informasi baru terkait gender. Perlahan namun pasti, Adi berusaha memahami informasi baru ini. Adi jadi mengingat kembali jauh saat ia lahir. Jika ia beranjak dewasa dalam situasi sekarang, saat tersedia kesempatan untuk memilih gender, apakah dia akan tetap memilih untuk menjadi perempuan? Hampir tiga tahun lalu Adi melahirkan anak pertamanya, apakah sekarang dia sudah menjadi perempuan? Ia berharap bisa menjadi orangtua yang memberi pemahaman gender dengan baik untuk anaknya. Ia berharap anaknya nanti bisa memiliki kebebasan untuk memilih gender.
Pemahaman tentang gender ternyata berevolusi. Yang awalnya hanya sebatas laki-laki dan perempuan, sekarang manusia menyadari adanya spektrum gender yang lebih beragam. Namun masyarakat masih memproses hal yang baru ini dengan penuh keraguan, termasuk saya sendiri. Sampai sekarang saya masih berusaha mempelajari beragam informasi terkait gender. Pengalaman menonton MMSD Juni 2021 adalah salah satu langkah awal dalam upaya saya untuk bisa lebih memahami hal ini.
Saya selalu merasa sebuah cerita lebih penting daripada pembuatnya. Saat saya mendapat kesempatan menonton dan berdiskusi di Minikino Monthly Screening & Discussion Juni 2021, saya mulai tersadar ini pertama kalinya saya menonton program film yang memberi perhatian khusus pada sutradara perempuan atau non-biner. Mengikuti diskusi dan mendengar pengalaman Adrienne, ada refleksi diri yang tercipta setelahnya.
Saya baru menyadari pentingnya memperhatikan siapa yang membuat sebuah narasi cerita. Lewat pengalaman dan memori pembuatnya, selalu ada kisah berbeda. Representasi gender pembuat film penting untuk diberikan panggung khusus untuk dinikmati dan membuka diskusi.
Walaupun film-film ini sudah bisa bebas ditonton di kanal Youtube Miyu Distribution, jarang sekali ada diskusi tentang hal ini di Indonesia. Saya rasa eksistensinya kurang digaungkan, program seperti ini masih terisolasi. Akan lebih baik jika kegiatan seperti ini mulai rutin dilakukan agar kita bisa mulai membuka diri dan bertukar pendapat tentang gender di Indonesia.