Minikino
  • Home
  • SHORT FILMS
    Film Still dari DUCK (2024) karya Rachel Maclean (doc Minikino)

    DUCK (2024): Antara Konspirasi dan Disrupsi Realitas

    Still Film dari History is Written at Night (2023) karya Alejandro Alonso Estrella (doc. Minikino)

    Cuban Resistance in Clair Obscur

    Film Still of Perfected Grammar (2024) by Andrea Suwito (dok. Minikino)

    Tercerabut Dari Akar

    Film Still (from left to right): DUCK (2023) directed by Rachel Maclean, NGỦ NGON EM YÊU (2023) directed by Le Quynh Anh, BYE BEAR (2023) directed by Jan Bitzer, PLEASUREDORA (2024) directed by Mark Prebble

    PUZZLED: Shedding New Perspective and Light in AI Filmmaking

    Film Still of The Imaginary Friend (2023) by Steye Hallema (dok. Minikino)

    Menghidupkan Kembali Imajinasi Seperti Anak-Anak melalui Film VR The Imaginary Friend (2023)

    Film Still of Sukoun (Amplified) (2024) by Dina Naser (doc. Minikino)

    Amplifying Voices and Truthful Representation of Deaf in Sukoun (2024)

    Film Still of Wild Tale (2023) by Aline Quertain (doc. Minikino)

    Wild Tale (2023): What Animation can Tell Us

    Still film dari Laut Masih Memakan Daratan (2023) arahan Afif Fahmi (dok. Stuido Murup)

    Mengenang Yang Hilang Karena Krisis Iklim dalam Laut Masih Memakan Daratan (2023)

    Film Still of Southern Afternoon (2024) by Lan Tian (doc. Minikino)

    Unspeakable Bonds: Navigating Love and Language Barriers in Southern Afternoon (2024)

  • NOTES
  • INTERVIEWS
  • INTERNATIONAL
  • OPINION
  • ABOUT
No Result
View All Result
Minikino Articles
  • Home
  • SHORT FILMS
    Film Still dari DUCK (2024) karya Rachel Maclean (doc Minikino)

    DUCK (2024): Antara Konspirasi dan Disrupsi Realitas

    Still Film dari History is Written at Night (2023) karya Alejandro Alonso Estrella (doc. Minikino)

    Cuban Resistance in Clair Obscur

    Film Still of Perfected Grammar (2024) by Andrea Suwito (dok. Minikino)

    Tercerabut Dari Akar

    Film Still (from left to right): DUCK (2023) directed by Rachel Maclean, NGỦ NGON EM YÊU (2023) directed by Le Quynh Anh, BYE BEAR (2023) directed by Jan Bitzer, PLEASUREDORA (2024) directed by Mark Prebble

    PUZZLED: Shedding New Perspective and Light in AI Filmmaking

    Film Still of The Imaginary Friend (2023) by Steye Hallema (dok. Minikino)

    Menghidupkan Kembali Imajinasi Seperti Anak-Anak melalui Film VR The Imaginary Friend (2023)

    Film Still of Sukoun (Amplified) (2024) by Dina Naser (doc. Minikino)

    Amplifying Voices and Truthful Representation of Deaf in Sukoun (2024)

    Film Still of Wild Tale (2023) by Aline Quertain (doc. Minikino)

    Wild Tale (2023): What Animation can Tell Us

    Still film dari Laut Masih Memakan Daratan (2023) arahan Afif Fahmi (dok. Stuido Murup)

    Mengenang Yang Hilang Karena Krisis Iklim dalam Laut Masih Memakan Daratan (2023)

    Film Still of Southern Afternoon (2024) by Lan Tian (doc. Minikino)

    Unspeakable Bonds: Navigating Love and Language Barriers in Southern Afternoon (2024)

  • NOTES
  • INTERVIEWS
  • INTERNATIONAL
  • OPINION
  • ABOUT
No Result
View All Result
Minikino
No Result
View All Result
Home SHORT FILMS

Tentang Alam, Manusia, dan Masa Depan

Azalia Syahputri by Azalia Syahputri
November 23, 2021
in SHORT FILMS
Reading Time: 2 mins read
The Last Breath Of Tonlé Sap. (2020) karya Thomas Cristofoletti & Robin Narciso. - Dok:   Robin Narciso

The Last Breath Of Tonlé Sap. (2020) karya Thomas Cristofoletti & Robin Narciso. - Dok: Robin Narciso

Bagaimana seorang nelayan akan hidup tanpa ikan-ikannya?

Ada keramba-keramba kosong yang nyaring bunyinya, ikan tidak lagi meronta di dalamnya. Jaring-jaring termakan usia kini semakin dekat dengan ajalnya. Nelayan dengan hati yang gundah melihat semua terjadi namun tidak bisa berbuat apa-apa. 

Dengan premis yang berpusat di hubungan timbal balik manusia dengan alam, The Last Breath of Tonle Sap besutan duo sutradara Thomas Cristofoletti dan Robin Narciso nyata menggambarkan nafas terakhir kehidupan, memberi isyarat alam sudah sekarat lewat salah satu penghuninya, Sok Piseth. 

Piseth bangun di pagi hari, mengarungi Tonle Sap, lambat laun melihat jaring-jaring kebanggaannya kosong, seperti perutnya yang rindu akan ikan segar, kepiting hijau yang melimpah yang biasa ia konsumsi dengan keluarganya setiap hari. Kehidupan sehari-hari seorang nelayan terasa monoton. Kekecewaan Piseth yang semakin menumpuk menjadi tumpuan di dokumenter ini untuk membuat penonton ikut gelisah dengan permasalahan hubungan manusia dengan alam. Penonton ikut menyadari betapa pentingnya Tonle Sap.

The Last Breath of Tonle Sap dipenuhi runtutan title cards berisi informasi-informasi tentang keadaan Tonle Sap saat ini. Cara penyajian ini sesungguhnya rentan menjejali terlalu banyak informasi bagi penonton. Namun semua informasi memang berpusat pada krisis iklim, pembangunan infrastruktur yang gegabah, dan degradasi kualitas alam yang sedang dirasakan oleh Piseth.

Dalam film ditampilkan masalah Piseth berawal dari interaksinya dengan Tonle Sap. Ucapan Piseth serba reflektif, layaknya hubungan romantis yang sudah di ujung tanduk karena kebosanan, semua terpusat ke bagaimana Tonle Sap sudah tidak seperti dulu. Namun cinta nelayan pun bisa patah apabila alam jujur. Danau Tonle Sap kondisinya semakin kerap tidak menentu, semakin labil. Arus balik tidak kunjung datang, hewan-hewan danau yang Piseth tunggu tidak ada. 

The Last Breath of Tonle Sap bagi saya sensasional. Film ini merangsang perasaan bosan bukan karena filmnya tidak menarik. Justru rasa bosan ini muncul karena saya merasa tidak bisa berbuat apa-apa selain kalut dengan pikiran sendiri. Dari sekian banyaknya dokumenter tentang alam yang saya tonton, seolah-olah apapun masalah yang muncul tentang itu rasanya sudah terlambat, tidak banyak yang bisa saya lakukan, tidak banyak pertanyaan saya yang terjawab, tidak ada hati yang lega, malah semakin panas.

Gambar nyata dari hubungan manusia dengan alam terasa berat sebelah. Manusia (Piseth) terus meminta, berandai, dan mengeluh, tanpa ada aksi yang terlihat untuk menanggulanginya. Jika Tonle Sap mati, apa yang bisa kita lakukan? Mungkin langkah berikutnya adalah bukan hanya merasa bosan karena merasa tidak bisa berbuat apa-apa, tapi untuk semakin peka mengenali masalah alam ini dan tinggal tunggu waktu saja hingga menjadi masalah manusia, si sumber perkara.

The Last Breath Of Tonlé Sap. (2020) karya Thomas Cristofoletti & Robin Narciso merupakan pemenang penghargaan RWI Asia Pacific Award at MFW7 yang diberikan oleh The Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law lewat Minikino Film Week 7 memberi perhatian terhadap film pendek yang mengedepankan tema hak asasi manusia termasuk lingkungan hidup.

Tags: AlamLingkunganMFW7RWITonle Sap
ShareTweetShareSend
Previous Post

The Cinematic Experience of Slumber

Next Post

Yang Tersisa Dari Perjalanan

Azalia Syahputri

Azalia Syahputri

Goes by many names and abilities. Consider herself as a medium explorer, being explorative and not trapped in her own cage is her motto.

Related Posts

Film Still dari DUCK (2024) karya Rachel Maclean (doc Minikino)

DUCK (2024): Antara Konspirasi dan Disrupsi Realitas

December 23, 2024
Still Film dari History is Written at Night (2023) karya Alejandro Alonso Estrella (doc. Minikino)

Cuban Resistance in Clair Obscur

December 20, 2024
Film Still of Perfected Grammar (2024) by Andrea Suwito (dok. Minikino)

Tercerabut Dari Akar

November 26, 2024
Film Still (from left to right): DUCK (2023) directed by Rachel Maclean, NGỦ NGON EM YÊU (2023) directed by Le Quynh Anh, BYE BEAR (2023) directed by Jan Bitzer, PLEASUREDORA (2024) directed by Mark Prebble

PUZZLED: Shedding New Perspective and Light in AI Filmmaking

October 25, 2024
Film Still of The Imaginary Friend (2023) by Steye Hallema (dok. Minikino)

Menghidupkan Kembali Imajinasi Seperti Anak-Anak melalui Film VR The Imaginary Friend (2023)

October 25, 2024
Film Still of Sukoun (Amplified) (2024) by Dina Naser (doc. Minikino)

Amplifying Voices and Truthful Representation of Deaf in Sukoun (2024)

October 8, 2024

Discussion about this post

Archives

Kirim Tulisan

Siapapun boleh ikutan meramaikan halaman artikel di minikino.org.

Silahkan kirim artikel anda ke redaksi@minikino.org. Isinya bebas, mau berbagi, curhat, kritik, saran, asalkan masih dalam lingkup kegiatan-kegiatan yang dilakukan Minikino, film pendek dan budaya sinema, baik khusus atau secara umum. Agar halaman ini bisa menjadi catatan bersama untuk kerja yang lebih baik lagi ke depan.

ArticlesTerbaru

Opening di Glasgow Short Film Festival - dok. Ingrid Mur

Tempat yang Pelan-Pelan Mengajarkan Banyak Hal: Cerita dari Glasgow

May 6, 2025
Foto bersama usai pemutaran Indonesia Raja 2015 di Semarang. Dok: Arsip Minikino

Indonesia Raja: 10 Tahun Membawa Film Pendek Melintasi Batas-Batas Kota

April 14, 2025
Made Suarbawa, Traveling Cinema Director Minikino memandu simulasi modul bersama peserta. Dok: Felix Rio

Belajar, Mengajar, dari dan dengan Film Pendek

April 11, 2025
Edo Wulia membuka Festival Film Kemanusiaan (FFK) (dok. I Made Suarbawa)

Film dan Ruang Dialog di Festival Film Kemanusiaan (FFK) 2024

February 3, 2025
Berpose logo MFW dalam bahasa isyarat bersama komite Reel Asian. Dari kiri: Deanna Wong, Stanis Hollyfield, Christine Vu, Kelly Lui). Dok: Mike Tjioe

Toronto, Dingin tapi Hangat

January 9, 2025

ABOUT MINIKINO

Minikino is an Indonesia’s short film festival organization with an international networking. We work throughout the year, arranging and organizing various forms of short film festivals and its supporting activities with their own sub-focus.

Recent Posts

  • Tempat yang Pelan-Pelan Mengajarkan Banyak Hal: Cerita dari Glasgow
  • Indonesia Raja: 10 Tahun Membawa Film Pendek Melintasi Batas-Batas Kota
  • Belajar, Mengajar, dari dan dengan Film Pendek
  • Film dan Ruang Dialog di Festival Film Kemanusiaan (FFK) 2024
  • Toronto, Dingin tapi Hangat

CATEGORIES

  • ARTICLES
  • INTERVIEWS
  • NOTES
  • OPINION
  • PODCAST
  • SHORT FILMS
  • VIDEO

Minikino Film Week 10

  • MINIKINO.ORG
  • FILM WEEK
  • INDONESIA RAJA
  • BEGADANG

© 2021 Minikino | Yayasan Kino Media

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • SHORT FILMS
  • NOTES
  • INTERVIEWS
  • INTERNATIONAL
  • OPINION
  • ABOUT

© 2021 Minikino | Yayasan Kino Media