[ap_testimonial image=”http://minikino.org/wp-content/uploads/2016/04/17_jatiwangi_bungasiagiaan.png” image_shape=”square” client=”Bunga Siagian (Bunga) & Ismal Muntaha (Ismal)” designation=”Programer | Jatiwangi”]
Programmer Release
[/ap_testimonial]
Meninjau program Indonesia Raja pada tahun-tahun yang sudah lalu, ada satu yang luput dan belum terpresentasikan dengan baik yaitu perkembangan estetik dari produksi filem dan video. Pertanyaan mengenai bagaimana medium digital digunakan di ranah produksi filem dan video , estetika apa yang dihasilkan dari medium tersebut, kemungkinan gerakan apa yang muncul, bagi kami perlu dicatat. Hal itu dapat memberikan sumbangan diskursus atas apa itu sinema kontemporer Indonesia. Untuk itu lah, bagi kami perlu untuk menyumbangkan sebuah program dari wilayah Jatiwangi. Tepatnya pengamatan atas karya yang dihasilkan oleh Village Video Festival untuk terlibat di dalam Indonesia Raja, salah satu program yang cukup militan dan konsisten mengamati perkembangan produksi filem dengan melibatkan banyak sekali programer dan menjangkau wilayah yang luas di Indonesia.
Village Video Festival adalah sebuah festival berbasis residensi. Festival ini mengundang seniman untuk tinggal di Jatiwangi selama beberapa minggu dan memproduksi karya yang terkait dengan konteks Jatiwangi baik sebagai karya individu maupun karya kolaboratif dengan warga. Produksi karya di VVF berbasis medium digital yang kita ketahui jauh lebih demokratis dibanding medium filem. Salah satu implikasi dari teknologi kamera digital ini adalah secara teknis sangat dinamis sehingga memberikan peluang eksperimentasi bagi pembuat filem baik berupa pilihan bentuk maupun dalam bingkai aktivisme. Tak kalah penting dari medium ini adalah kemampuan untuk menghapus jarak antara realitas yang terbingkai di depan kamera dan realitas di belakang kamera sehingga mampu mengungkap banyak persoalan yang sifatnya sehari-hari. Ketiga filem yang dikompilasikan di dalam program ini merupakan karya yang mempresentasikan semangat digital, baik melalui pilihan artistik maupun sebagai sebuah gerakan.
Jakarta, 22-04-16
Bunga Siagian & Ismal Muntaha
Total duration: 54:53
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”1″]
13+
[/ap_column]
[ap_column span=”5″]
Screening:
[ap_list list_type=”ap-list6″]
[ap_li]Minikino Film Week 2016 | Ming/Sun 9 Okt 2016, 19:00, SIKUNO – Denpasar, Bali[/ap_li]
[/ap_list]
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
Synopsis:
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
UUDARAN
Carda Arifin | 2015 | 20:00
Kamera digital yang secara medium sangat dinamis digunakan untuk merekam ungkapan-ungkapan warga desa mengenai rumor pembangunan bandara Kertajati di dekat wilayah mereka. Dengan sedikit bermain-main, kamera berpindah tangan dari warga satu ke warga lainnya yang dilakukan oleh mereka sendiri. Alhasil, filem ini tidak saja mengungkap perspektif warga mengenai “modernitas” dalam sosok bandara dengan segala dampak perubahan ekonomi maupun sosial ke depannya, tapi juga menunjukkan bagaimana di era digital pada hakikatnya warga berdaulat dan otonom untuk menyampaikan narasinya ke ranah publik yang luas. Otonomi warga dalam ranah praktis bermedia ini oleh VVF dan JaF (Jatiwangi Art Factory) termanifestasi salah satunya melalui program JaF TV. Sebuah saluran program TV yang diniatkan untuk membajak program TV nasional yang didominasi oleh media arus utama. Premisnya, warga membuat konten program TVnya sendiri sebagai pilihan bahkan pengganti tontonan program-program yang dibuat oleh media-media besar.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
WARUNG KOPI
Mahardhika Yudha & Mohammad Fauzi (Forum Lenteng) | 2011 | 14:53
Merupakan salah satu program di JaF TV. Video tersebut merupakan hasil residensi mereka pada VVF 2011. Warung kopi di dalam konsep bermasyarakat menjalani fungsi sosialnya sebagai tempat berkumpul untuk membicarakan dan mendiskusikan berbagai isu. Entah itu berupa gosip ringan antar warga, pertandingan bola, hingga isu-isu terhangat pada level nasional. Video “Warung Kopi” membajak konsep program TV berita yang biasa kita lihat di –sebut saja TV One, yang terbiasa mengundang para ahli untuk berdebat mengenai isu tertentu yang sedang hangat. Berlokasi di sebuah warung kopi, warga dipertontonkan potongan-potongan berita yang menjadi isu nasional melalui sebuah TV yang telah disetting dan kemudian asik membincangkannya. Pada video ini wargalah yang mengganti posisi “para ahli” untuk merespon dan mendiskusikan isu-isu besar.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”dashed” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]
[ap_column_wrap]
[ap_column span=”2″][/ap_column]
[ap_column span=”4″]
TONG KOSONG NYARING BUNYINYA
Komunitas Ciranggon | 2015 | 20:00
Menawarkan satu aspek lain lagi dari perangkat digital, yaitu aktifitas mengarsip. Filem ini merupakan karya Komunitas Ciranggon, sebuah komunitas yang bercita-cita untuk menjadi media center di wilayahnya. Filem ini berisi potongan-potongan footage mengenai berbagai peristiwa dan aktifitas sosial masyarakat yang secara konsisten mereka rekam selama bulan puasa menjelang lebaran 2015. Rekaman-rekaman ini direkam dengan menggunakan berbagai macam perangkat, dari handycam hingga handphone. Yang menarik dari filem ini bukan saja gerakan mengarsip tersebut yang menggunakan pendekatan dokumentaris yang tampak dalam minimnya jumlah bidikan (shot) dan panjangnya durasi dari setiap bidikan tersebut untuk mempertahankan objektifitas peristiwa. Tapi bagaimana di dalam penyusunan filem ini terdapat montage tertentu yang mengindikasikan kesadaran naratif bahwa filem itu (mereka) sedang menyusun narasi dan sejarah wilayah mereka sendiri.
[/ap_column]
[/ap_column_wrap]
[ap_divider color=”#CCCCCC” style=”solid” thickness=”1px” width=”100%” mar_top=”10px” mar_bot=”10px”]