Lokasi Pemutaran & Waktu: |
MINIKINO LELANG FILM PENDEK adalah sebuah acara kreasi tim kerja Minikino, untuk menggalang dana bagi filmmaker dan kelangsungan acara Minikino Film Week 2015.
Film-film pendek yang dikurasi adalah karya-karya yang kami anggap penting dalam kurun pasca reformasi, namun telah berusia produksi kisaran 10 tahun atau lebih. Walaupun karya-karya ini dianggap “telah kadaluwarsa usia festival”, namun diharapkan bisa menjadi daya tarik sendiri, baik bagi yang sudah pernah menyaksikannya atau bahkan yang mungkin belum pernah mendengar tentang karya-karya penuh prestasi luar biasa ini.
Terlepas dari keasyikan kami membongkar kembali arsip-arsip lama, kami sadar bahwa kurasi ini masih jauh dari kata sempurna, tentu masih banyak judul-judul lainnya yang seharusnya juga cukup penting, namun belum berhasil kami sertakan kali ini. Untuk itu kami mohon maklum atas semua keterbatasan kami dan tetap bersedia menikmati adanya. Tentu saja dengan rendah hati, kami Minikino akan selalu mendengarkan dan mengkaji kembali masukan-masukan dari para filmmaker, kurator dan para penonton.
ATURAN LELANG (hampir) sederhana;
1. Lelang sudah dibuka sejak hari pertama PEKAN FILM MINIKINO 2015, hanya dilaksanakan di counter venue minihall IRAMA INDAH
2. Setiap penonton dapat memilih film yang disukai, dipersilahkan lebih dari 1(satu) judul, dengan membayar donasi (minimal) Rp. 5000,- (limar ibu rupiah) per-judul.
3. Acara pengumuman hasil lelang akan diumumkan pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015, tepat pada jam 19:30.
4. Semua film yang terpilih akan ditampilkan di layar lebar, berdasarkan jumlah total pemilih.
5. Hanya penonton yang terlibat permainan LELANG FILM yang berhak berada dalam ruang putar.
6. Penonton yang belum memilih dan datang lewat dari jam 19:30, dibebankan donasi Rp. 25.000,- (duapuluhlimaribu rupiah) untuk dapat masuk ke ruang putar, dan sekaligus mendapat hak dasar untuk memilih 2(dua) judul film.
7. Apabila seluruh film terpilih telah ditayangkan, dan masih ada waktu tersisa dari slot acara 2 jam, proses lelang akan ditawarkan kembali kepada penonton yang hadir.
8. Film yang sudah ditayangkan, dapat ditayangkan ulang atas hasil lelang.
MINIKINO SHORTS FILM AUCTION is originally conceived by MINIKINO working team to be a fund-raising event for filmmakers and MINIKINO FILM WEEK 2015.
We considered these selection of films as important post- reformation shorts which had been produced ten years ago or more. Regardless the age of the shorts, we felt the unique attraction for those who once watched them on big screen…or perhaps heard about high achievements of these shorts.
While we enjoyed looking through old database, we realize that this curation is far from perfect as we know there are other important shorts but had not been included this time. We would like to have your understanding in our limitation and still hope you all enjoy the selection. We humbly would love to listen and review all the feedbacks from filmmaker, other curators, and of course the audience.
MINIKINO SHORTS AUCTION is (almost) simple:
1. Auction started since day-1 of MINIKINO FILM WEEK 2015, only at the counter of minihall IRAMA INDAH venue.
2. Each audience could choose more than one short with a minimum donation of Rp 5,000 for each title.
3. The auction result will be announced on Saturday, October 17th 2015 – 19:30 WITA
4. All films that are choosen will be screened on the schedule with sequence based on total donation collected.
5. Only audience that involved (donated) in SHORTS FILM AUCTION have the right to attend the screening.
6. Audience that had not chose a short and arrived at the screening venue after 19:30 would have to donate a minimum amount of Rp 25,000 to enter the screening room and get the basic rights to choose 2 (two) shorts title
7. Only if the total chosen shorts had been screened and the first session did not exceed 2 hours total screening time then the auction can be continued, repeated.
8. Films that has been screened, could be re-screened again, based on the auction result
|
|||
“Tahi Sapi Atau Bukan”( Wahyu Aditya / Fiksi / 2003 / 6 min) 3 sahabat yang bingung, apakah yang mereka lihat itu tahi sapi atau bukan? 3 friends who got confused, is it really cow dung or not? Catatan Kuratorial: Nama Wahyu Aditya (atau panggilannya ‘Wadit’) tidak mungkin dipisahkan dari perkembangan dunia animasi di Indonesia. Ini adalah salah satu karya awal Wadit, juga salah satu favorit Minikino. Curatorial Note: Wahyu Aditya or more well known as ‘Waidt’ is a prominent name in the world of animation in Indonesia. This short is one of Wadit’s early works and one of MINIKINO’s favorite |
|||
|
“Mass Grave”( Lexy Junior Rambadeta / Dokumenter / 2002 /26 min) Ketika tulang belulang dari korban pembantaian Maret 1966 ditemukan di Wonosobo tahun 2002. When the bones of the military massacre victims of March 1966 were found in Wonosobo in 2002. Catatan Kuratorial: Lexy Rambadeta adalah seorang pembuat film dokumenter yang sangat berpengaruh di Indonesia. Mass Grave adalah salah satu karya awalnya, menurut Minikino; harusnya disaksikan oleh setiap orang, terutama yang perduli dengan sejarah peristiwa 1965 Curatorial Note: Lexy Rambadeta is one of Indonesia’s remarkable documentary filmmaker. Mass Grave is one of his early works, which in MINIKINO’s opinion a must see by everyone especially those that care about 1965 history. |
|||
|
“Ketok”( Tintin Wulia / Fiksi / 2002 / 6 min) Suatu malam terdengar pintu diketuk secara misterius One night, there’s a misterious knocking on the door. Catatan Kuratorial: Ketok adalah salah satu karya film pendek Indonesia yang berkeliling ke banyak festival dunia. Tintin Wulia adalah seorang seniman Indonesia, tinggal di Brisbane, Australia, namun bekerja secara internasional. Selain sebagai salah satu pendiri Minikino, juga dengan banyak perhatian dan penghargaan dunia, informasi tentang Tintin Wulia dengan mudah dicari di google. Curatorial Note: Ketok is a short films that has been travelling to many International Film Festivals. Tintin Wulia is an Indonesian artist lives in Brisbane, Australia, and works internationally. Besides as the founder of Minikino, and with so many highlights and International awards, you can easily find information about her in Google. |
|
|||||||||||
“Everything’s OK”(Tintin Wulia / Fiksi / 2003 / 5 min ) Semuanya beres. Kita kehilangan jejak skala manusia, tapi tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja. Yes, Sir, everything’s just fine. We’ve lost track of the human scale, but rest assured; everything’s definitely OK. Catatan Kuratorial: Satu lagi karya dari Tintin Wulia yang banyak dibicarakan dunia internasional. Membicarakan film pendek Indonesia harus menyebutkan film ini. Curatorial Note: One more short by Tintin Wulia that much talked in International forum. Mentioning this title is a must when we talked about Indonesian short |
|||||||||||
|
|||||||||||
“Kita Harus Bikin Film”( Fredy Aryanto & Sugeng Wahyudi / Fiksi / 2002 / 9 min) Pembicaraan dua orang pemuda yang ingin membuat film. Sebuah tindakan tidak semudah itu dilaksanakan. Two men talks about making film. An action is not as simple as it sound. Catatan Kuratorial: Salah satu film ringan yang dipilih kurasi VCD Indonesia Raja yang diterbitkan pada tahun 2003. Curatorial Note: one of light short film that was curated in VCD Indonesia Raja produced in 2003. |
|||||||||||
|
|||||||||||
|
“El Meler”
|
||||||||||
|
|
|||
“The Last Believer”( Tumpal C.Tampubolon / Fiksi / 2006 / 9 min) Bella percaya bahwa dengan menjadi vampir, dia bisa menyembuhkan Karla, adiknya, yang sakit keras. Bella believed that becoming vampire will give her the power to heal Karla, her ill sister. Catatan Kuratorial: Tumpal Tampubolon tinggal dan bekerja di Jakarta. Ia adalah sarjana di bidang Matematika. Ia telah menulis dan menyutradarai beberapa film pendek yang diputar di berbagai film festival domestik maupun internasional. Di tahun 2009 ia dipilih untuk menghadiri Berlinale Talent Campus di Berlin dan di tahun 2010 juga terpilih untuk menghadiri Asian Film Academy di Pusan, Korea Selatan. Curatorial Note: Tumpal Tampubolon lives and works in Jakarta. He is a graduate in Mathematics. He has written and directed several short films that are screened at various domestic and international movie festival. In 2009 he was selected to attend the Berlinale Talent Campus in Berlin, and in 2010 was also selected to attend the Asian Film Academy in Pusan, South Korea. |
|||
|
“Harap Tenang, Ada Ujian” (Be Quiet, Exam Is In Progress!)( Ifa Isfansyah / Fiksi / 2006 /15 min) Tanggal 27 Mei 2006, jam 5.55 pagi, Yogya dikejutkan dengan sebuah gempa 5.9 sr mengorbankan 6000 orang. Hari itu adalah 10 hari menjelang ujian akhir siswa sekolah dasar. On May 27th 2006 at 05.55 a.m., Jogjakarta city was shock by earthquake at 5.9 SR that killed over 6,000 people. That day was ten days before elementary school students did final examination. Catatan Kuratorial: Ifa Isfansyah adalah seorang filmmaker Indonesia yang namanya sudah banyak dibicarakan melalui film-filmnya yang sudah tayang secara komersil di jaringan bioskop XXI. Namun mungkin masih banyak yang belum kenal dengan karya-karya film pendeknya. Mari mulai kenalan dari yang satu ini Curatorial Note: Ifa Isfansyah is an Indonesian filmmaker whose name has been much talked through his films screened commercially in XXI cinema network. But perhaps saome are not familiar with the works of his short films. Let’s get to know them starting with this one |
|||
|
“Benjamin’s Whistle”( Aryo Danusiri / Fiksi / 2002 / 13 min) Benjamin suka suara peluit dan ingin menjadi mandor pasar. Antara kagum dan benci ia bergulat dengan emosinya sambil menulis surat buat Tuhan. Benjamin loves the whistle sound and wannt be the market patron. Between admiration and hatred he deals with his own feeling by writing a letter to God. Catatan Kuratorial: Aryo Danusiri, dianggap sebagai pelopor filmmaker dokumenter Indonesia pasca reformasi, merupakan kombinasi unik profesi filmmaker dan antropolog yang sedang menyelesaikan Ph.D di program Media Antropologi di Univ.Harvard. Dalam karya-karya Aryo, pendekatan posisi pembuat film adalah sebagai teman bicara, bukan penyaji fakta yang otoriter. Curatorial Note: Aryo Danusiri, considered as a pioneer of Indonesian documentary filmmaker post-reform, is a unique combination of Video Artist & Anthropologist that is doing his Ph.D.studies in Visual Anthropology at Harvard University. In most of Aryo’s work, a humble approach taken as filmmaker of being interlocutor instead of authoritarian fact presenter. |
|
|||
“Penyair Negeri Linge” (The Poet of Linge Homeland)( Aryo Danusiri / Dokumenter / 2000 / 24 min ) Ibrahim Kabir, seorang penyair Didong dalam konteks tanah kelahirannya Takengon di dataran tinggi Gayo. Seni didong terancam kepunahan dari berbagai faktor termasuk kompetisi dengan reproduksi media digital-elektronik. the Acehnese Didong poet, Ibrahim Kadir in the context of his homeland Takengon in the Gayo Highlands. Didong performance skill is in danger of extinction from various factor including so much competition from technologically and electronically reproduced media. Catatan Kuratorial: Karya dokumenter Aryo Danusiri lainnya yang banyak dibicarakan dalam forum Internasional. Curatorial Note: Another Aryo Danusiri’s documentary work that much talked in International forum. |
|||
|