Kalau kamu tidak sadar bahwa ibu rumah tangga selayaknya diakui sebagai profesi penuh waktu, kamu nggak sendirian. Saya sempat butuh waktu yang lama untuk menyadari bahwa sepatutnya ibu rumah tangga diakui sebagai pekerjaan penuh waktu. Semakin dewasa, segala perilaku ibu yang rewel soal pekerjaan domestik mulai masuk akal. Kehadiran sosok ibu rumah tangga kerap terabaikan, sesekali teringat hanya pada saat ibu sedang di luar rumah, dan kita mencari baju pergi yang tidak kunjung ketemu. Karena biasanya ibu saya tahu di mana letak bajunya.
“Masyarakat modern membuat relevansi diri dari profesinya…” merupakan potongan dari catatan programer terpilih Indonesia Raja 2022: Jakarta Metropolitan, Nosa Normanda. Di dalam rangkaian program tersebut, terdapat enam film pendek yang memaparkan profesi-profesi wilayah urban Indonesia, salah satunya profesi ibu rumah tangga dalam film Robot Mom.
Robot Mom bercerita mengenai Sisca yang mendambakan sosok ibu sempurna pada tahun 2030. Dengan latar belakang ekonomi kelas menengah ke atas, Sisca merupakan anak tunggal berprestasi dengan deretan piala di dalam apartemen yang Ia tempati bersama ibunya. Ibunya, Yuni, merupakan ibu tunggal berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang selalu menuntut Sisca dengan urusan ini dan itu.
Hubungan Sisca dan Ibu Yuni yang renggang merupakan permasalahan universal, khususnya pada wilayah urban dan kelas ekonomi menengah ke atas. Ungkapan dalam bahasa gaulnya, film ini akan terasa relatable bagi kaum urban dan kelas ekonomi menengah ke atas tersebut. Bagi Sisca, dirinya kesulitan mengimbangi kewajibannya untuk unggul dalam bidang akademis dan melakukan pekerjaan domestik. Bagi Ibu Yuni, kepintaran Sisca belum dapat menyaingi keunggulan anak temannya. Terlebih lagi, Sisca merupakan anak yang malas mandi, sebuah kesamaan antara Sisca dan penulis. Relate, kak.

Alih-alih berkomunikasi mencari jalan tengah, keinginan Sisca memiliki ibu robot mencerminkan ketidakmampuan perempuan yang mengakar perihal ekspresi diri. Hal ini merupakan cerminan dari nilai budaya patriarki yang mengharapkan ibu dan anak perempuan untuk menjadi sosok yang rela berkorban dan mengalah. Nilai yang tidak mengakui hak, kebutuhan, dan keinginan perempuan.
Ibu Yuni tidak dapat membicarakan keinginannya secara terbuka terhadap Sisca, lantas membicarakannya dengan cara yang menyakiti perasaan Sisca, salah satunya adalah membandingkan Sisca dengan anak temannya. Sebaliknya, Sisca kesulitan untuk membicarakan perasaannya dan membalas pembicaraan ibunya dengan cara yang membuat ibunya marah. Dua-duanya berada dalam sirkuit labirin tanpa akhir, terus menerus menebak apa yang sebenarnya diinginkan satu sama lain.
Permainan visual yang sengaja didistorsi untuk beberapa adegan serta lawakan garing yang diselipkan ke dalam dialog membuat Robot Mom menjadi film ringan, yang mudah dinikmati, oleh para penontonnya. Namun, Robot Mom terlalu asyik dalam menyajikan komedi dan jalan cerita alternatif seandainya Sisca memiliki ibu robot. Akhirnya, perjalanan karakter Sisca dan Ibu Yuni terasa kurang berkembang. Kedua karakter terasa dua dimensi semata untuk keperluan cerita tanpa adanya pendalaman dibalik perilaku dan perasaan mereka.
Merujuk pada catatan programmer yang menghubungkan relevansi diri dengan profesinya, Robot Mom lebih terasa seperti studi kompleksitas peran perempuan (ibu dan anak) dalam sebuah rumah tangga. Berdasarkan premis dan cara penceritaan yang lebih fokus terhadap anaknya, penulis merasa bahwa protagonis cerita tersebut terletak pada Sisca, bukan Ibu Yuni. Dibanding berada dalam program yang mewakili hubungan antar relevansi diri dengan profesi, penulis merasa Robot Mom lebih cocok berada dalam program yang mewakilkan hubungan antar relevansi diri dengan peran gender. Meski begitu, kehadiran Robot Mom dalam program Indonesia Raja 2022 Jakarta Metropolitan diharapkan dapat memantik diskusi perihal dinamika hubungan anak dan ibu, serta memperluas kesadaran bahwa Ibu Rumah Tangga sepatutnya dianggap sebagai profesi penuh waktu yang layak mendapat apresiasi dari seisi keluarga maupun lingkungan sosial.
Discussion about this post