• MINIKINO.ORG
  • FILM WEEK
  • INDONESIA RAJA
  • BEGADANG
Minikino
  • Home
  • SHORT FILMS
    The Chicken (2020) stills directed by Neo Sora, Produced by Jackson Segars. Doc: Film at Lincoln Center

    The Chicken: A Short Film with Food for Thought

    Pemutaran MMSD Mei 2022 Iam Murda di MASH Denpasar (20/05/2022). Dok: Cika

    Bangun Dari Mimpi Membangun Budaya Sinema di Papua

    Burnout (2021) film still directed by Thelma I. Santoso. doc: Thelma.

    Burnout (2021): A Visual Reflection on The Feeling of Burning Out 

    Apa yang Tersisa dari Gerajak

    Salah satu adegan film Tarek Pukat (2021) karya Muhammad Ammar Roofif (dok: istimewa)

    Aceh, Padang Panjang dan Bising Tantangan Zaman

    What It Takes to Get a Shot (2021) karya sutradara Dito Prasetyo. Dok: istimewa

    Berkenalan Dengan Budaya Shooting Toxic Melalui What it Takes to Get a Shot (2021)

    Jambrong&Gondrong (2021) directed by Monica Wijaya. Doc: istimewa

    Urban Life, Animated

    Astungkara (2021) directed by Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha (photo: courtesy of filmmaker)

    Covid Stories: How Short Films Offer Us Different Perspectives of a Period in Isolation

    Pengantar program dari Programmer Indonesia Raja 2022 Aceh dan Padang Panjang, Akbar Rafsanjani dan Wahyudha. - Dok: Minikino

    Serambi Mekkah: Provokasi Terhadap Narasi Arus Utama

  • NOTES
  • INTERVIEWS
  • INTERNATIONAL
  • OPINION
  • CONTACT
No Result
View All Result
Minikino Articles
  • Home
  • SHORT FILMS
    The Chicken (2020) stills directed by Neo Sora, Produced by Jackson Segars. Doc: Film at Lincoln Center

    The Chicken: A Short Film with Food for Thought

    Pemutaran MMSD Mei 2022 Iam Murda di MASH Denpasar (20/05/2022). Dok: Cika

    Bangun Dari Mimpi Membangun Budaya Sinema di Papua

    Burnout (2021) film still directed by Thelma I. Santoso. doc: Thelma.

    Burnout (2021): A Visual Reflection on The Feeling of Burning Out 

    Apa yang Tersisa dari Gerajak

    Salah satu adegan film Tarek Pukat (2021) karya Muhammad Ammar Roofif (dok: istimewa)

    Aceh, Padang Panjang dan Bising Tantangan Zaman

    What It Takes to Get a Shot (2021) karya sutradara Dito Prasetyo. Dok: istimewa

    Berkenalan Dengan Budaya Shooting Toxic Melalui What it Takes to Get a Shot (2021)

    Jambrong&Gondrong (2021) directed by Monica Wijaya. Doc: istimewa

    Urban Life, Animated

    Astungkara (2021) directed by Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha (photo: courtesy of filmmaker)

    Covid Stories: How Short Films Offer Us Different Perspectives of a Period in Isolation

    Pengantar program dari Programmer Indonesia Raja 2022 Aceh dan Padang Panjang, Akbar Rafsanjani dan Wahyudha. - Dok: Minikino

    Serambi Mekkah: Provokasi Terhadap Narasi Arus Utama

  • NOTES
  • INTERVIEWS
  • INTERNATIONAL
  • OPINION
  • CONTACT
No Result
View All Result
Minikino
No Result
View All Result
Home NOTES

Formula Jitu Agar Film Pendekmu Masuk ke Banyak Festival Film!

Rayhan Dharmawan by Rayhan Dharmawan
August 13, 2021
in NOTES
Reading Time: 9 mins read
Webinar dari Objectifs "How to Make The Most Of Film Festivals". -  Dok: Objectifs

Webinar dari Objectifs "How to Make The Most Of Film Festivals". - Dok: Objectifs

Tahun 2019, saya menulis dan menyutradarai sebuah film pendek yang akhirnya bisa saya banggakan. Film pendek tersebut berjudul Proyek Al-Amin. Film pendek tersebut berhasil memenangkan Moving Image Production Awards, sebuah festival film yang dibuat khusus untuk mengapresiasi film-film seangkatan di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Bermodal nekat dan asal tembak, saya pun mencoba untuk menjadi distributor film saya sendiri. Hasilnya, Proyek Al-Amin berhasil lolos ke beberapa festival film nasional. Sejak itu, saya mulai tercemplung ke dalam skena film pendek.

Entah kepercayaan diri atau arogansi, saya mengirimkan film saya ke festival internasional. Namun tidak ada satupun yang lolos. Sempat curhat juga ke kakak tingkat. Lalu kakak tingkat saya menjelaskan soal strategi distribusi film pendek yang sempat ia kerjakan. Ternyata, banyak hal yang saya lewatkan selama proses distribusi. Dari situ, saya mulai tertarik dengan pendistribusian film pendek. Kini, saya sedang dalam proses penulisan sebuah film pendek yang rencananya akan produksi di akhir tahun ini. Kali ini saya mengikuti saran untuk menulis naskah dengan mempertimbangkan rencana distribusinya. Pas sekali, Objectifs Film Centre mengadakan sebuah forum diskusi mengenai cara memaksimalkan sebuah film pendek pada tanggal 4 Juli 2021 via Zoom. Forum diskusi tersebut diikuti bersama para programmer film dari berbagai mancanegara; Julian Ross (International Film Festival Rotterdam), Fransiska Prihadi (Minikino Film Week, Bali International Short Film Festival), dan Park Sungho (Busan Film Festival, Cambodia Film Festival). Forum diskusi ini membicarakan apa yang sebenarnya dicari oleh para programmer dan bagaimana membuat sebuah film pendek menonjol dari yang lain.

Hal yang saya pelajari dari forum ini adalah bahwa tidak ada formula jitu yang akan menjamin lolosnya sebuah film pendek ke festival film. Semua bergantung kepada konteks dan konten film pendeknya tersendiri. Merujuk kembali kepada bagaimana pembuat film ingin film pendeknya dipersembahkan dan diapresiasi ke publik. Beberapa poin berikut dapat dijadikan refleksi dalam pembuatan film pendek dan distribusinya. 

Pemahaman terhadap Medium

Julian Ross menyebutkan hal terpenting yang harus dimiliki oleh semua pembuat film pendek. Hal itu adalah pemahaman terhadap medium film pendek. Kerap para pembuat film pendek melupakan jangkauan arena tempurnya sendiri. Banyak yang bercerita dengan alur yang kompleks, teknik pergerakan kamera yang terlalu ‘mewah’, dan penggunaan musik yang berlebihan. Teknis-teknis ini terkesan digunakan untuk menyaingi film panjang ala Hollywood. Padahal, film pendek memiliki kekuatan magisnya sendiri sebagai sebuah medium. Sebuah medium yang menentang konvensi sinema dan batasan-batasan studio besar. Melalui film pendek, pembuat film ditantang untuk mengeksplorasi cara-cara bercerita yang baru.

Read Also

The Pathfinder: Sebuah Panduan Menghargai Budaya

Liisa Holmberg dan Perlawanan Terhadap Eksploitasi Budaya

To Voice The Unheard

Programmer film mengharapkan adanya sebuah eksplorasi terhadap medium; permainan format dan struktur yang belum pernah ada sebelumnya. Sebuah eksperimen dan inovasi yang hanya bisa dicapai dalam film pendek. Julian juga menghindari film pendek yang terkesan seperti film panjang yang dipendek-pendekkan, seakan-akan berharap ada produser film yang akan mendanainya untuk membuat sebuah film panjang.

Poin mengenai teknik stylistic disinggung oleh Park Sungho yang membahas soal tren-tren yang sering ia temukan setiap tahunnya menjadi programmer di Busan Film Festival. Sebagai contoh, jumlah film pendek black and white meningkat beberapa tahun silam. Namun tidak sedikit juga yang menggunakan black and white tanpa substansi yang jelas. Selain itu, gaya penyutradaraan ala Wong Kar Wai juga sering ditemukan setiap tahunnya. Penggunaan teknik-teknik stylistic harus dipertimbangkan secara bijak.

Pernyataan soal pemahaman medium film pendek menimbulkan resonansi dalam benak. Beberapa orang yang menonton Proyek Al-Amin, merasa bahwa film ini memiliki struktur identik dengan film panjang. Bahkan ada montase opening credits layaknya beberapa film panjang dan opening serial TV. Saya tidak menyangkalnya. Pengaruh besar saya memang film panjang. Kritik tersebut kemudian diperkuat dengan pernyataan oleh para programmer di forum ini. Saya merasa dahulu saya ingin pamer terlalu banyak; menggebu-gebu dan membuat ceritanya terlalu kompleks untuk sebuah film pendek. Ajakan untuk eksplorasi medium film pendek menginspirasi saya untuk bercerita lebih singkat, padat, dan jelas.

Sincerity

Selama saya kuliah film di Universitas Multimedia Nusantara, para pengajar selalu menyuarakan jargon “Berkarya dengan Jujur”. Saya bertanya-tanya, apakah maksudnya berkarya harus sesuai fakta? Apakah kejujuran dalam arti tidak boleh berbohong pada saat pitching? Atau mungkin filmnya harus memiliki pendekatan realistis?

Dalam forum diskusi Objectifs, Fransiska Prihadi mengatakan bahwa dibutuhkan adanya sincerity atau ketulusan dalam berkarya. Para programmer dalam diskusi panel ini menekankan pentingnya untuk bercerita sesuai dengan personalitas dan identitas pembuat filmnya. Selain itu, perlu dipikirkan ulang alasan membuat sebuah film pendek. Motivasi membuat film pendek dengan harapan agar lolos di berbagai festival film sebaiknya diperlukan pemikiran ulang.

Film pendek cenderung dibuat secara independen; mengorbankan uang dan waktu pembuat filmnya sendiri. Sehingga para pembuat film dianjurkan untuk membawa topik atau isu yang dekat dengan diri sendiri. Pada akhirnya, film pendek yang tulus adalah yang dicari oleh seorang programmer.

Cika (Minikino) menjelaskan mengenai film pendek di Webinar Objectifs “How to Make The Most Of Film Festivals”. – Dok: Objectifs

Strategi Distribusi

Strategi distribusi adalah sesuatu yang asing untuk seorang pembuat film pendek yang baru merintis karirnya. Inilah hal yang saya rasakan sebelumnya. Teman-teman sesama pembuat film di lingkungan saya pun tidak memiliki pengetahuan cukup soal distribusi film pendek. Pada akhirnya kami banyak salah langkah dan melewatkan berbagai kesempatan untuk menayangkan film-film kami.

Sebagai contoh, teman saya telah memproduksi sebuah film pendek yang menurut saya dibuat dengan tulus dan memiliki production value yang mapan. Namun tanpa strategi distribusi, ia secara asal mengirimkan ke berbagai festival film di FilmFreeway. Ia berhasil masuk ke satu festival internasional, yang sebenarnya namanya tidak terlalu besar dan hanya diselenggarakan secara daring. Ketika ia ingin mendaftarkan ke festival film yang lebih besar, ia tidak memenuhi persyaratan premiere status-nya yang International Premiere.

Menurut saya edukasi soal festival film dan distribusinya merupakan tanggung jawab bagi kuliah film dan festival filmnya sendiri. Tentunya, setiap pembuat film juga harus melakukan riset tersendiri soal festival yang didaftarkan. Oleh karena itu, saya rasa perbincangan strategi distribusi dalam forum ini dapat memberikan wawasan lebih kepada sesama pembuat film pendek.

Fransiska Prihadi mengingatkan fakta mengenai early bird submission yang bagi saya cukup penting. Early bird adalah deadline paling awal untuk mengirimkan film ke sebuah festival film. Early bird memiliki biaya pendaftaran yang paling murah. Ia juga mengatakan bahwa film-film yang dimasukkan saat early bird sangat mempengaruhi pertimbangan para programmer. Biasanya dalam proses penyusunan program, terdapat tim pra seleksi yang akan menonton dan memberi catatan tentang film sebelum programming team membuat seleksi final. Selain menghemat anggaran distribusi, film yang didaftarkan pada saat early bird berpotensi untuk dipertahankan oleh tim pra seleksi, jika mereka menilai film tersebut layak untuk ditonton.

Para panelis kemudian menambahkan bahwa film pendek yang menunjukkan laurel festival film di awal filmnya, tidak selalu memiliki peluang yang tinggi untuk lolos. Tentu, menunjukkan laurel festival film yang bergengsi dapat menjadi nilai plus ketika proses seleksi. Namun dalam beberapa kasus, laurel tersebut justru dapat menurunkan kemungkinan untuk lolos. Hal ini dikarenakan para programmer ingin memberikan kesempatan kepada film-film lain yang mungkin belum memiliki kesempatan untuk beredar ke berbagai festival.

Selain itu, Park Sungho menambahkan bahwa distributor dan pembuat film juga perlu memahami istilah teknis premiere status seperti World Premiere dan International Premiere. World Premiere adalah penayangan perdana sebuah film di tempat publik, sedangkan International Premiere adalah penayangan perdana sebuah film di luar negara produksi. Berlaku juga untuk istilah premiere wilayah. Contohnya, premiere status Minikino Film Week adalah Bali Premiere. Berarti film yang didaftarkan belum pernah diputar secara publik di Bali sebelumnya.

World Premiere dan International Premiere sebuah film pendek perlu dipertimbangkan secara baik dalam perancangan strategi distribusi. Beberapa festival film pendek hanya menerima film untuk World Premiere dan International Premiere, seperti Busan Film Festival. Park Sungho menganjurkan untuk menunggu pengumuman festival yang berskala besar dan prestise dahulu, sebelum mendaftarkan sebuah film pendek ke festival lain yang berskala kecil.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah riset soal festival apa saja yang cocok dengan film pendeknya. Salah satu cara untuk mencari tahu lebih lanjut soal beragam festival film pendek adalah dengan mengunjungi https://www.shortfilmconference.com/members/.

Pengantar Karya

Pengantar karya di antaranya adalah poster film, sinopsis, still film, dan director’s statement. Memang, berkas-berkas tersebut penting. Namun ketika seorang programmer menerima sebuah film, hal pertama yang dilihat adalah filmnya itu sendiri. Sehingga sebagai pembuat film, hal yang perlu diprioritaskan adalah memaksimalkan kualitas film pendeknya. Para programmer film menyukai film yang berdiri sendiri; dapat dipahami dan dirasakan tanpa perlu melihat pengantar karya.

Meskipun itu, pengantar karya berupa director’s statement adalah berkas yang terpenting. Director’s statement adalah sebuah tulisan yang menceritakan latar belakang sebuah film, tujuan dari sebuah film, dan harapan yang diinginkan oleh sutradara. Director’s statement berbentuk paragraf dan tidak memiliki format baku dalam menulisnya. Dengan membaca director’s statement, seorang penonton dapat memahami lebih lanjut soal konteks pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara. Terkadang, lewat director’s statement, seorang programmer bisa menilai film pendek tersebut layak diloloskan atau tidak. Namun bila pernyataan yang ditulis berkontradiksi atau tidak selaras dengan filmnya, seorang programmer dapat mencabut film tersebut dari program. Diperlukan ketelitian dan pemahaman yang mendalam saat menulis director’s statement.

Saya setuju sepenuhnya dengan pentingnya director’s statement. Seringkali saya membaca director’s statement yang terkesan menggurui dan hanya dibuat untuk formalitas. Padahal, pernyataan tersebut adalah pintu gerbang memahami pandangan seorang sutradara terhadap filmnya. Selain untuk membantu penonton memahami filmnya, director’s statement bagi saya adalah embrio dari sebuah film pendek; hal pertama yang dibuat oleh seorang sutradara, pemilik visi sebuah film. Director’s statement membantu saya memetakan navigasi arah tujuan sebuah film pendek. Selain itu, dijadikan alat untuk mengajak berbagai individu untuk ikut berkontribusi kepada filmnya.

Renungan Penutup

Distribusi film pendek adalah sebuah permainan strategi yang membutuhkan pengetahuan soal skena film pendek, kepekaan terhadap lingkungan kultural-sosial, dan kesabaran yang tinggi. Membicarakan distribusi film pendek adalah topik yang seru untuk dibahas, bagai membicarakan berbagai strategi dalam bermain catur. Namun, hal penting yang saya pelajari dari forum diskusi ini merujuk lagi kepada pemahaman film pendek sebagai medium.

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sutradara film panjang yang merintis karirnya sebagai sutradara film pendek. Pemikiran film pendek sebagai ‘roket’ agar bisa membuat film panjang kerap menjadi pemikiran yang lazim. Padahal film pendek memungkinkan eksplorasi elemen sinematik lebih luas. Potensi untuk menunjukkan berbagai ragam budaya dan cerita pun lebih tinggi dari pada film panjang. Film pendek bersifat demokratis, semua orang dapat berpartisipasi dan menyumbang produk budayanya.

Julian Ross mengatakan bahwa masa depan film pendek sebagai konsumsi media mainstream adalah sebuah kemungkinan yang tinggi. Berbagai layanan OTT (Over-the-Top) seperti Netflix dan MUBI, mulai menambahkan film pendek pada katalognya. Meskipun itu, saya masih kurang tahu untuk arah karir saya kedepannya. Tapi yang pasti film pendek tetap memiliki tempat yang spesial dalam diri saya.

 

Tags: Busan Film Festivalfestival film pendekInternational Film Festival RotterdamMinikinoMinikino Film Weekobjectifsshort films
ShareTweetPin
Rayhan Dharmawan

Rayhan Dharmawan

A 2000s kid. RD is a film student in Universitas Multimedia Nusantara, a freelance screenwriter for feature-length films, and currently the creative director of a small production house, Poolside Studios. Occasionally watch and discuss films with his friends at Popsicle UMN. RD’s adolescent habit of capturing moments everywhere he goes with his DSLR would later evolve to a passion for art, cinema, and culture. He believes culture is an essential part of understanding each other, and understanding life itself. His works often reflect the intricacy and intimacy of life and human relationships. Right now, RD is focusing on honing his craft in directing and screenwriting. Other than that, he is constantly practicing his critical thinking by reading and writing on topics that resonate with him.

Related Posts

Pementasan teater yang disutradarai oleh penulis. Dok: foto pribadi penulis.

The Pathfinder: Sebuah Panduan Menghargai Budaya

June 23, 2022
Sesi diskusi RUAS CacophonyID (2018). Dok: penulis.

Liisa Holmberg dan Perlawanan Terhadap Eksploitasi Budaya

June 23, 2022
Sámi people attended Frozen 2 Premiere (screenshot photo from Liisa Holmberg's presentation, June 2nd, 2022)

To Voice The Unheard

June 23, 2022
"abolished film study," the writer's tweet when she felt frustrated making loglines (photo: personal archive)

Befriending the Discomfort of Not Knowing Anything

June 20, 2022
First meeting with Guest Speaker for Hybrid Internship Program, Kelly Lui, via zoom (26/05/2022). Doc: Minikino

Stories Beyond Borders

June 7, 2022
Vira's high school friends (2019). Doc: Vira

The Journey to Find Oneself

June 7, 2022

Kirim Tulisan

Siapapun boleh ikutan meramaikan halaman artikel di minikino.org.

Silahkan kirim artikel anda ke info@minikino.org. Isinya bebas, mau berbagi, curhat, kritik, saran, asalkan masih dalam lingkup kegiatan-kegiatan yang dilakukan Minikino, film pendek dan budaya sinema, baik khusus atau secara umum. Agar halaman ini bisa menjadi catatan bersama untuk kerja yang lebih baik lagi ke depan.

Minikino Head Loop Mask Minikino Head Loop Mask Minikino Head Loop Mask
  • Trending
  • Comments
  • Latest

Blurry, Dreamy, Gloomy State of Mind

September 20, 2021

Apa yang Tersisa dari Gerajak

June 10, 2022
The Chicken (2020) stills directed by Neo Sora, Produced by Jackson Segars. Doc: Film at Lincoln Center

Finding Meaning Through Silences

July 15, 2022
Sesi diskusi RUAS CacophonyID (2018). Dok: penulis.

Liisa Holmberg dan Perlawanan Terhadap Eksploitasi Budaya

June 23, 2022
The Chicken (2020) stills directed by Neo Sora, Produced by Jackson Segars. Doc: Film at Lincoln Center

The Chicken: A Short Film with Food for Thought

July 12, 2022
The Chicken (2020) stills directed by Neo Sora, Produced by Jackson Segars. Doc: Film at Lincoln Center

Finding Meaning Through Silences

July 15, 2022
The Chicken (2020) stills directed by Neo Sora, Produced by Jackson Segars. Doc: Film at Lincoln Center

The Chicken: A Short Film with Food for Thought

July 12, 2022
Pemutaran MMSD Mei 2022 Iam Murda di MASH Denpasar (20/05/2022). Dok: Cika

Bangun Dari Mimpi Membangun Budaya Sinema di Papua

July 5, 2022
Manyalak Still (2021) directed by Rere Reza (doc: owner)

The Complexity of Culture and Religion in The Documentary Film Manyalak

July 5, 2022
First meeting with Guest Speaker for Hybrid Internship Program, Kelly Lui, via zoom (26/05/2022). Doc: Minikino

Knitting Communication Through Asian Short Films

June 23, 2022

ABOUT US

Minikino is an Indonesia’s short film festival organization with an international networking. We works throughout the year, arranging and organizing various forms of short film festivals and its supporting activities with their own sub-focus.

Follow us

RECENT NEWS

  • Finding Meaning Through Silences
  • The Chicken: A Short Film with Food for Thought
  • Bangun Dari Mimpi Membangun Budaya Sinema di Papua
  • The Complexity of Culture and Religion in The Documentary Film Manyalak

CATEGORIES

  • Articles
  • INTERVIEWS
  • NOTES
  • OPINION
  • PODCAST
  • SHORT FILMS
  • VIDEO

Minikino Film Week 7

  • MINIKINO.ORG
  • FILM WEEK
  • INDONESIA RAJA
  • BEGADANG

© 2021 Minikino | Yayasan Kino Media

No Result
View All Result
  • Home
  • SHORT FILMS
  • NOTES
  • INTERVIEWS
  • INTERNATIONAL
  • OPINION
  • CONTACT

© 2021 Minikino | Yayasan Kino Media

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00