Perhelatan Minikino Film Week 8 (MFW8) diwarnai oleh banyak agenda di samping pemutaran program film pendek di beberapa lokasi, misalnya Short Film Market yang di dalamnya meliputi lokakarya, pertemuan dengan filmmaker, dan rangkaian acara lain. Festival film pendek pertama dalam hidup saya ini banyak memberikan pandangan yang segar dan komprehensif. Tidak hanya tentang bagaimana sebuah festival film pendek berlangsung saja, melainkan juga tentang bagaimana sebuah film pendek (dan yang pada akhirnya diwadahi dalam judul festival) mampu merengkuh banyak kalangan tidak terbatas ruang dan waktu.
Keterlibatan masyarakat umum seperti pedagang di sekitar lokasi festival sebagai festival partner merupakan salah satu contoh bagaimana euforia keberlangsungan festival mampu dirasakan semua orang. Namun, tidak sampai di situ saja, teman-teman dengan keterbatasan fisik atau disabilitas juga diberikan akses serta ruang untuk turut terlibat dan merasakan pelaksanaan festival film pendek. Sebut saja misalnya seperti kehadiran Juru Bahasa Isyarat (JBI) untuk membantu teman-teman Tuli ketika pembukaan festival serta pada beberapa rangkaian acara lain.
Menciptakan Ruang-Ruang Sinema yang Lebih Inklusif
Salah satu upaya perwujudan sinema yang lebih inklusif dihadirkan melalui penyediaan CC (Closed Caption) Bahasa Indonesia dan AD (Audio Description) Bahasa Indonesia. Menonton film disertai dengan CC barangkali sudah bukan hal yang asing, namun menonton film dengan audio description merupakan kali pertama bagi saya. Pengalaman pertama menonton film dengan CC sekaligus AD ini diisi oleh film–film pendek nominasi Raoul Wallenberg Institute (RWI) Asia Pasific Award di antaranya adalah Ride To Nowhere (2022), The Partian (2021), Bagan (2021), While My Goatee Gently Bleats (2021), Pha Hom (The Blanket) (2021), dan Candlelight (2022). Pemutaran film-film RWI dengan CC dan AD tersebut dihadiri oleh teman-teman Tuli dan juga tunanetra. Pada awalnya, saya merasa asing menonton film dengan tambahan deskripsi audio di dalamnya, namun setelah beberapa film bergulir, saya mencoba untuk menikmatinya dengan cara menutup mata. Berusaha untuk menghayati tiap-tiap deskripsi audio yang disajikan dan membayangkan adegan demi adegan yang dituturkan.
Saya juga mencuri-curi kesempatan untuk melihat bagaimana teman-teman Tuli dan tunanetra menikmati film pendek. Mereka menonton dengan fokus sambil sesekali berbisik ke teman sebelahnya untuk membicarakan film yang diputar. Menyenangkan! Itu satu kata yang timbul dalam benak saya ketika menyaksikan interaksi teman-teman Tuli dan tunanetra yang turut larut dalam alur dan diskusi film pendek.
Tidak hanya melalui pengadaan CC dan AD saja, upaya inklusifitas sinema lain dihadirkan melalui acara lokakarya. Acara yang ramah dengan teman-teman tunanetra ini merupakan kolaborasi antara Minikino, Film Sarad, dan Teratai Foundation. Film Sarad sendiri merupakan komunitas seni kreatif lokal di Bali yang memproduksi cerita lintas media. Sementara Teratai Foundation merupakan komunitas tunanetra di Bali yang produktif membuat karya. Lokakarya dengan tajuk Story Development for Radio Drama tersebut diadakan di Irama Indah Mini Hall dengan tujuan untuk menjawab minat dan kreativitas teman-teman tunanetra di Bali. Pada acara tersebut saya berkesempatan menjadi pengamat.
Lokakarya diawali dengan pemutaran sandiwara radio kemudian dilanjut dengan mendengarkan ide cerita dari teman-teman tunanetra. Mendengarkan ide cerita teman-teman tunanetra merupakan salah satu aspek yang sangat menarik dari lokakarya ini. Beberapa ide cerita dari teman-teman tunanetra menuai gelak tawa dan juga kekaguman dari orang-orang yang hadir pada lokakarya tersebut. Hal tersebut agaknya membuktikan bahwa pemberian ruang-ruang yang setara dan tidak diskriminatif mampu mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimiliki teman-teman tunanetra. Selanjutnya teman-teman dari Film Sarad memberikan tips bagaimana cara membuat cerita, dimulai dari memberikan penjelasan mengenai premis, sinopsis, serta struktur cerita seperti perkenalan, permasalahan, dan penyelesaian yang dijelaskan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Saya mengamati keluwesan teman-teman tunanetra yang hadir dalam lokakarya pengembangan cerita tersebut. Acara berlangsung dengan hangat dan intim, teman-teman tunanetra yang hadir turut menikmati dan menyimak materi yang disampaikan dengan sungguh-sungguh. Saya meyakini lokakarya yang merupakan bagian dari Film Market MFW8 tersebut sedikitnya telah menggali rasa percaya diri dan kreativitas dalam diri teman-teman tunanetra yang hadir.
Sebuah Langkah Kecil yang Besar
Beberapa tahun yang lalu saya pernah bertemu dengan pengemudi ojek online yang Tuli dan kagum sekaligus menghargai cara pengemudi ojek tersebut berkomunikasi meski kami saling terkendala oleh bahasa masing-masing. Saat itu mengantarkan saya pada pengharapan yang sederhana, bahwa semoga akan semakin banyak ruang setara untuk teman-teman yang memiliki keterbatasan untuk bekerja. Tidak hanya bekerja namun juga berkreasi, belajar, berkreativitas, dan lain sebagainya. Maka ketika mengetahui Minikino mempekerjakan teman-teman Tuli, saya tidak bisa untuk tidak menaruh kagum sedikit lebih banyak. Ruang yang aman serta nyaman diupayakan sedemikian rupa agar teman-teman Tuli mendapat porsi yang sama untuk kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu yang terlihat dalam penyelenggaraan festival film pendek ini adalah kehadiran teman-teman tunanetra dari Teratai Foundation yang menyediakan jasa pijat.
Meski tidak sempat merasakan dipijat oleh teman-teman dari Teratai Foundation, saya melihat antusias yang besar dari orang-orang untuk menjajal pijatan teman-teman Teratai Foundation. Perwujudan festival film pendek yang inklusif melalui beberapa hal tersebut agaknya merupakan sebuah langkah sederhana dan barangkali kecil, seringkali luput dari kita. Namun, setelah mengalami dan menyaksikan bagaimana proses penciptaan ruang-ruang inklusif tersebut, saya meyakini hal tersebut memberikan dampak yang besar. Bukan saja pada akhirnya sinema mampu berkontribusi dalam perwujudan inklusifitas, melainkan juga berdampak besar pada diri individu masing yang terlibat di dalamnya.
Discussion about this post