Sore hari, Jumat, 14 Maret 2025, saya diundang oleh tim kerja Minikino untuk turut berpartisipasi sebagai pengamat dalam Program Lokakarya Penggunaan Film Pendek untuk Tenaga Pendidik. Lokakarya ini diadakan di Ibis Style Denpasar, dan saya diundang dalam kapasitas sebagai seorang penulis lepas yang memang beberapa kali menulis untuk Minikino sebelumnya.
Saya belum pernah menaruh banyak atensi pada lokakarya bertajuk pendidikan. Pengalaman saya tentang lokakarya seperti ini di masa sekolah dulu kurang positif, biasanya terasa formal, monoton, dan terlalu membosankan. Namun ternyata memang berbeda cerita ketika tim Minikino yang menyelenggarakan, terlebih lagi dengan para pemateri dari orang-orang yang sudah saya kenal selama kurun dua tahunan terhubung dengan mereka.
Ketika sesi yang membuka interaksi para pemateri dengan para peserta dimulai, menyenangkan rasanya mendengar suara-suara berwarna muda dengan nada-nada yang antusias dari guru-guru peserta yang aktif bertanya dan merespons. Saya bayangkan mereka adalah lulusan-lulusan yang mungkin saja baru mendapatkan sertifikasi guru dalam jangka dua tiga tahun terakhir, paling lama mungkin sepuluh tahun. Guru-guru muda yang masih bersemangat dalam profesi mereka, dan sisa-sisa idealisme dari masa-masa semasih menjadi mahasiswa.
Mungkin semangat ini juga yang membawa mereka mendaftar dan mengikuti lokakarya ini. Guru-guru dengan semangat muda yang progresif, yang masih aktif mencari dan membuka diri dengan metode belajar baru dan menyenangkan untuk peserta didik mereka.
Ada harapan yang muncul dalam hati, semoga saja kelak mereka akan terus mengusahakan membawakan metode belajar yang lebih menyenangkan dengan film pendek. Setidaknya sampai para guru muda ini terbentur dengan setiap kemungkinan terburuk dari sistem pendidikan kita saat ini, yang sangat bisa menghadapkan mereka pada pilihan sulit untuk berhenti atau melanjutkan, menyerah atau tetap mengupayakan penggunaan film pendek yang merupakan wahana pembelajaran yang menyenangkan.
Kini, setelah mengikuti lokakarya ini, mereka sudah terpapar dengan wawasan dan limpahan informasi. Dengan modul yang sudah tersedia, guru-guru muda ini selalu bisa untuk mulai mengembangkannya. Menimbul rasa iri saya juga, dengan imajinasi bahwa anak-anak didik mereka akan mendapatkan pengalaman yang indah dari film pendek yang ditunjukan guru-guru mereka. Kesempatan yang tak pernah saya miliki. Sewaktu saya sekolah, saya tidak pernah menerima dan apa lagi berkesempatan mengalami apa yang kini mungkin bisa mereka berikan untuk anak-anak didik mereka. Jika mereka berhasil benar-benar melakukannya, ini akan menjadi sesuatu yang sangat-sangat berharga.
Mengikuti lokakarya ini juga memberikan wawasan bagi saya bahwa film pendek bisa dikondisikan menjadi salah satu medium pembelajaran yang efektif bagi anak-anak. Melalui formatnya, film pendek mampu menghadirkan cerita sederhana, visual menarik, serta karakter yang dekat dengan dunia anak-anak. Melalui pengalaman menonton film pendek yang tepat, anak-anak bisa belajar tentang emosi, empati, serta memahami konsekuensi dari keputusan yang diambil tokoh dalam cerita. Pembelajaran melalui film pendek meninggalkan kesan emosional mendalam, mendorong anak-anak lebih mudah memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata, yang didorong melalui diskusi yang terarah, dibandingkan metode belajar konvensional yang cenderung satu arah.

Minikino telah menyelenggarakan lokakarya penggunaan film pendek untuk tenaga pendidik untuk yang kedua kalinya di awal tahun ini. Membuka jalur persebaran film pendek kepada generasi yang lebih muda lagi, yaitu setingkat sekolah dasar. Menawarkan variasi metode ajar yang lebih ekspresif, menyenangkan, dan lebih menantang daripada standar belajar mengajar konvensional yang selama ini kita kenal dan terapkan di Indonesia.
Keberlanjutan dari Lokakarya Penggunaan Film Pendek Untuk Tenaga Pendidik akhirnya berada sepenuhnya di tangan guru-guru muda ini. Sebagaimana Minikino menjalankan fungsinya untuk memperkenalkan dosis film pendek yang sehat untuk kita semua selama dua dekade terakhir, begitu pula bagi tenaga pendidik yang akan menjalankan fungsinya untuk memperkenalkan film pendek sebagai medium pembelajaran yang lebih menyenangkan untuk anak-anak didik mereka.
Menurut Fransiska Prihadi, Minikino akan mengerjakan program ini sejauh yang dapat mereka lakukan, tentu saja tetap dalam kapasitas dan keterbatasan mereka sebagai organisasi festival film pendek internasional yang terbesar di Indonesia saat ini. Ia berharap agar setiap unsur yang terkait, baik tenaga pendidik, dan pemerintah tentu saja, dapat melanjutkan dan mengembangkan apa yang telah mereka gagas.
Menurut saya, tentu saja amat disayangkan bila program ini hanya sampai dan terhenti pada peserta lokakarya yang kemarin saya ikuti. Sudah menjadi tugas pemerintah terkait untuk mengerjakan, menambahkan, dan memperbaharui metode mengajar yang memungkinkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan tetap berkualitas bagi anak-anak Indonesia.
Discussion about this post