Home / SHORTS UP 2024 – Acah Acah Films Project

SHORTS UP 2024 – Acah Acah Films Project

ACAH ACAH FILMS

Judul Proyek / Project Title:
Pantai Impian / Bye Bay
Genre:
Fiksi / Fiction
Durasi / Duration:
15 menit / 15 minutes

LOGLINE:

Rizky, bocah 11 tahun, harus mencari cara untuk terus bermain di pantai buatan rumah kosong tetangganya ketika pemilik rumah, gadis yang memikat hatinya, kembali dan mengubah segalanya.

Rizky, an 11-year-old boy, must find a way to keep playing on the makeshift beach at his neighbor’s vacant house when the owner, a girl who captivates his heart, returns and changes everything.

SINOPSIS:

Rizky (11) dan teman-temannya menemukan pelarian dengan bermain di pantai buatan rumah kosong di dekat rumah mereka. Namun, ketika keluarga kaya pemilik rumah kembali, mereka kehilangan tempat bermain, dan Rizky jatuh hati pada Erica (12), putri pemilik rumah. Rizky mencoba menarik perhatian Erica dengan berbagai cara, hingga akhirnya mereka saling mengenal. Namun, ketika Rizky kembali ke rumah itu berharap bisa bermain bersama Erica, ia hanya menemukan rumah kosong dan teman-temannya yang bermain di halaman belakang, seolah semuanya kembali seperti semula.

Rizky (11) and his friends find an escape by playing on the makeshift beach at an empty house near their homes. However, when the wealthy family who owns the house returns, they lose their playground, and Rizky falls for Erica (12), the daughter of the homeowners. Rizky tries various ways to catch Erica’s attention, and eventually, they get to know each other. But when Rizky returns to the house, hoping to play with Erica, he finds it empty once again, with his friends playing in the backyard as if nothing had changed.

WRITER’S STATEMENT:

Tanjung Pinang, yang terletak di antara Batam dan Bintan—dua Zona Perdagangan Bebas yang ramai dikunjungi tamu internasional—sering menjadi tempat transit bagi mereka yang bepergian di antara kedua kota. Sebagai seseorang yang tumbuh besar di Jalan Pantai Impian, Tanjung Pinang, aku terbiasa memiliki banyak tetangga bule. Tanpa kusadari, aku kerap merasa inferior saat berinteraksi dengan mereka. Melalui film ini, aku ingin mengkritik internasionalisme dan ketimpangan yang datang bersamanya, sebagai bentuk perlawanan terhadap rasa inferioritas yang mengaburkan identitasku sebagai anak Tanjung Pinang.

Tanjung Pinang, located between Batam and Bintan—two Free Trade Zones bustling with international visitors—often serves as a transit point for those traveling between the two cities. Growing up on Jalan Pantai Impian, Tanjung Pinang, I was used to having many foreign neighbors. Without realizing it, I often felt inferior when interacting with them. Through this film, I want to critique the internationalism and the inequalities that come with it, as a form of resistance against the inferiority that blurred my identity as a native of Tanjung Pinang.

PRODUCER’S STATEMENT:

Saat ini, saya dan sutradara sedang berkuliah di sebuah perguruan tinggi di Solo, Jawa Tengah. Sutradara sering berbagi kisah tentang kampung halamannya, Tanjung Pinang. Sebagai seseorang yang lahir dan besar di Jawa, saya menyambut cerita-cerita ini dengan antusias, terpesona oleh perbedaan budaya, lanskap, dan pariwisata di antara daerah kami. Tanpa sadar, saya mendengarkan kisah-kisah tersebut dengan perspektif seorang turis yang tertarik akan eksotisme Tanjung Pinang.

“Pantai Impian” adalah sebuah karya yang menawarkan kehangatan sekaligus mengundang perenungan. Film ini memotret Tanjung Pinang sebagai kota pariwisata yang kaya akan kehadiran turis mancanegara, memanfaatkan keunikan lanskapnya. Berangkat dari memori sang sutradara, film ini menyalurkan rasa autentik yang diterjemahkan ke dalam medium film pendek. 

Currently, the director and I are studying at a university in Solo, Central Java. The director often shares stories about his hometown, Tanjung Pinang. As someone born and raised in Java, I welcomed these stories with enthusiasm, fascinated by the cultural differences, landscapes, and tourism between our regions. Unconsciously, I listened to these stories from the perspective of a tourist, intrigued by the exoticism of Tanjung Pinang.

“Pantai Impian” is a work that offers warmth while inviting reflection. The film portrays Tanjung Pinang as a tourist city rich with international visitors, leveraging its unique landscape. Drawing from the director’s memories, the film channels an authentic feeling that is translated into the medium of a short film.

 

Anggaran Produksi:  Rp161.500.000
Production Budget: €9,398

PRODUCER
WRITER

Muhammad Ananta Shaafrizal

email: manantas@gmail.com 

Rizqullah Ramadhan Panggabean

email: rizqullahrp@gmail.com


 

Kembali ke halaman Shorts Up

Top