CHENDOOLL IMAGINATIONS
Judul Proyek / Project Title:
Kabar yang Kabur / Vague
Durasi / Duration:
15 menit / 15 minutes
LOGLINE:
Seorang perempuan yang tengah berada pada pilihan antara menerima pinangan laki-laki yang banyak membantu kehidupannya atau bertahan dengan suaminya yang hilang kabar di rantauan.
A woman is torn between accepting the proposal of a man who has significantly supported her life or staying loyal to her husband, who has been missing while working overseas.
SINOPSIS:
Masnah (32) merawat anaknya, Ardi (4), sementara suaminya, Karyadi (34), seorang buruh migran ilegal, telah hilang kabar selama lebih dari setahun. Mantan kekasihnya, Jumasih (33), yang kini menjadi mandor bangunan, terus membantu Masnah secara finansial, membuatnya mulai mempertimbangkan untuk melupakan Karyadi. Kebaikan Jumasih perlahan membuka hati Masnah, hingga ia menerima lamaran Jumasih, yang beralasan hanya dengan menikah ia bisa membantu Masnah sepenuhnya. Namun, situasi berubah ketika Karyadi tiba-tiba pulang, membuat Masnah bingung antara mempertahankan pernikahannya atau melanjutkan hidup dengan Jumasih yang telah ia terima sebagai calon suami.
Masnah (32) cares for her child, Ardi (4), while her husband, Karyadi (34), an illegal migrant worker, has been missing for over a year. Her former lover, Jumasih (33), now a construction foreman, has been providing financial support to Masnah, leading her to consider moving on from Karyadi. Jumasih’s kindness slowly opens Masnah’s heart, and she eventually accepts his proposal, as he insists that only through marriage can he fully support her. However, everything changes when Karyadi suddenly returns, leaving Masnah confused about whether to maintain her marriage or move forward with Jumasih, whom she has already accepted as her future husband.
WRITER’S STATEMENT:
Film ini dibuat untuk menggambarkan perasaan seorang perempuan yang dihadapkan pada keputusan besar dalam situasi rumit. Masnah, yang hidup dalam kesulitan bersama anaknya sejak kehilangan kontak dengan suaminya, Karyadi, mencerminkan kisah yang sering kami saksikan di Lombok sejak tahun 80-an, di mana anggota keluarga merantau sebagai buruh migran ilegal ke Malaysia. Kondisi ini sering menyebabkan masalah ekonomi dan keretakan hubungan keluarga yang terpisah jarak. Melalui film ini, kami ingin membuka mata lebih banyak orang terhadap fenomena yang sering terjadi di tanah kelahiran kami.
This film was created to depict the emotions of a woman faced with a significant decision in a complex situation. Masnah, who has been struggling with her child since losing contact with her husband, Karyadi, reflects a story commonly witnessed in Lombok since the 1980s, where family members migrate as illegal workers to Malaysia. This situation often leads to economic challenges and fractured family relationships due to the distance. Through this film, we aim to raise awareness of a phenomenon that frequently occurs in our homeland.
PRODUCER’S STATEMENT:
Film ini sangat penting untuk diproduksi karena isu utama dalam cerita ini sangat relevan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari kami di Lombok. Isu buruh migran ilegal, terutama yang bekerja di Malaysia, telah menjadi akar banyak permasalahan sosial di NTB. Tingginya minat masyarakat untuk bekerja sebagai buruh migran menyebabkan 3 dari 10 kabupaten dan kota di Lombok masuk dalam 10 besar kabupaten dengan jumlah tenaga kerja migran terbanyak di Indonesia. Di sisi lain, kami sangat percaya pada kemampuan dan visi Uti sebagai sutradara, berdasarkan karya-karyanya sebelumnya. Sebagai penulis dan sutradara perempuan asal Lombok, Uti memiliki perspektif unik untuk menceritakan isu-isu yang berkaitan dengan perempuan.
This film is crucial to produce because the main issue in this story is highly relevant and closely connected to our daily lives in Lombok. The issue of illegal migrant workers, particularly those working in Malaysia, has become the root of many social problems in West Nusa Tenggara (NTB). The high interest in working as migrant laborers has led to 3 out of 10 regencies and cities in Lombok being among the top 10 regions with the highest number of migrant workers in Indonesia. On the other hand, we have great confidence in Uti’s ability and vision as a director, based on her previous works. As a female writer and director from Lombok, Uti has a unique perspective in telling stories related to women’s issues.