“SEDERHANA YANG LUAR BIASA”
Durasi Total: 52’20”
Programmer: Siti Anisah | Sinema Kopi Hitam
CATATAN PROGRAMMER:
Filmmaker bisa disebut sebagai pencerita, ia menceritakan kembali apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dirasakan bahkan apa yang dia khayalkan melalui media audio visual.
Saat membuat film pendek tidak berarti dalam masa produksinya akan menjadi lebih mudah karena durasinya yang terbatas. Tahap pengembangan cerita sering kali diluar kepala sehingga tema cerita yang diceritakan pun serasa jauh dari penonton.
Dari keempat film yang dipilih ini adalah film yang berangkat dari realita yang diceritakan kembali oleh filmmaker dengan cara yang sederhana namun sebenarnya luar biasa.
Mengambil kisah keluarga sebagai latar belakang cerita, Lemantun diceritakan dengan alur dan dialognya yang terlihat natural. Begitu juga dengan Masa sih? Membicarakan hal-hal yang katanya seharusnya tidak dibicarakan namun dapat dibicarakan tanpa ada unsur vulgar dan dialog yang fun. Sedangkan Tiny Jakarta menceritakan hiruk pikuk keseharian Jakarta. Dan Iblis Jalanan yang menceritakan kembali lirik Iblis Jalanan dengan cara yang lebih popular dan asik.
Film-maker is a story teller using audio visual medium to retell what is seen, heard, felt and imagined.
Production stage of shorts-film making is not easy just because the duration is limited. Sometimes the story developed in mind and created a story-theme distance from the audience.
The four shorts curated in this program are films based on realities that retold by the film-makers in an extraordinary simple ways.
Taking family stories as the background story, Lemantun retells the story in a natural flow and dialogues. In similar way, Masa Sih? talks about forbidden things in society without sounds vulgar and fun conversations. Meanwhile, Tiny Jakarta tells the busy daily life of Jakarta. Iblis Jalanan retells the lyric of Iblis Jalanan in a popular and amusing way.
|
|||
“Tiny Jakarta”(Albertus Wida| Liga Mahasiswa ITB / Jakarta / 2014 / 3’16”) Jakarta yang luas jadi sempit, Jakarta yang lambat jadi cepat, dan Jakarta yang besar jadi kecil. The vast Jakarta turns narrow. The slow Jakarta becomes smaller and the big Jakarta gets smaller. |
|||
|
|||
“Iblis Jalanan”(Salman Farizi | Gundala Pictures / Jakarta / 2014 / 10’34”) Sebuah documenter pendek bercerita tentang 2 pengendara tong setan dengan kehidupannya di pasar malam. A short documentary about two ‘Tong Setan’ bike-riders and their life at the night fair. Award: |
|||
|
|||
“Masa Sih?”(Chairun nissa | Cangkir kopi / Jakarta / 2014 / 18’15”) Suasana kelas SMA yang riuh karena terjebak stereotype remaja, sampai seorang guru datang dan satu kelas ini terlibat obrolah dari jatuh cinta sampai seputar seks yang menjadi tabu di murid-muridnya sendiri. A busy high-school class room trapped in teenager stereotypes until a teacher came and involved in a various topic of conversation about falling in love and sexuality that is a taboo subject even for the students. |
|||
|
|||
“Lemantun”(Wregas Bhanuteja | FFTV IKJ / Jakarta / 2014 / 20’15”) Dalam pertemuan keluarga kali ini, seorang ibu ingin membagikan sbeuah warisan kepada lima orang anaknya berupa lemari. Lemari yang seharusnya menjadi anugrah ini, justru menjadi sebuah beban bagi anak ketiganya. A mother wants to inherit cabinets for her five children. The supposedly boon cabinets turn out to be a burden for her third child. |
|||
|