Home / INDONESIA RAJA / Indonesia Raja 2015 / INDONESIA RAJA 2015 : PURBALINGGA

INDONESIA RAJA 2015 : PURBALINGGA

PG13-REMAJAfree_icon

Lokasi Pemutaran & Waktu:
OMAH APIK, Pejeng Rabu/Wed 14 Oktober 2015, jam 18:00 – 19:30 WITA
MINIHALL IRAMA INDAH, Denpasar Kamis/Thu 15 Oktober 2015, jam 17:00 – 18:30 WITA
BENTARA BUDAYA BALI, Sukawati Jumat/Fri 16 Oktober 2015, jam 17:00 – 18:30 WITA

Durasi total: 79’12”
Programmer: Bowo Leksono | CLC Purbalingga

CATATAN PROGRAMMER
Dalam setahun, pelajar Purbalingga (setingkat SMP dan SMA) melahirkan sedikitnya dua karya film, fiksi dan dokumenter. Tujuan awal, untuk berkompetisi di Festival Film Purbalingga (FFP). Bagi mereka, FFP merupakan pintu untuk memasuki kompetisi yang lebih luas dan menawarkan film untuk diapresiasi sebanyak-banyaknya penonton.

Within a year, the students of junior and senior high school in Purbalingga produced at least two films; fictional and documentary. The original purpose is to compete in Festival Film Purbalingga (FFP). FFP is a chance for these students to enter a wider film-competition with larger number audience.


film-pendek-01-sugeng-rawuh-pak-bupati-stillphoto2

“Sugeng Rawuh Pak Bupati”

(Eko Junianto & Trismo Santoso / Purbalingga / 2014 / 15’00”)
Drama, G
Indonesian subtitle

Karena akan kedatangan Bupati, Pak Lurah menyuruh orang untuk menyemprot rumput yang menyebabkan kambing Sakhirin mati.

As the Regent is visiting very soon, the Village Head instructed a villager to spray grass that caused the death Sakhirin’s goat.


film-pendek-02-keluarga-pengrajin-tahu-stillphoto3

“Keluarga Pengrajin Tahu”

(Ahmad Rizal / Purbalingga / 2015 /15’00”)
Documentary, G
Indonesian subtitle

Sebuah keluarga yang hidup dari membuat tahu. DIbantu anak kedua, Imam Sutrisno yang bertugas membuat tahu dan istri, Eniyatun yang menggoreng tahu. Sementara Ahmad Nurhadi sendiri, pagi hingga siang, berjualan berkeliling kampong, baru usai berkeliling menggantikan istrinya menggoreng tahu hingga malam.

A family makes tofu for their living. Ahmad Nurhadi assisted by his second child, Imam Sutrisno makes the tofu, and his wife, Eniyatun fries the tofu. Meanwhile, Ahmad Nurhadi himself sells tofu from door to door, morning to noon, and after that takes turn with his wife to fry tofu until late at night.


film-pendek-03-begal-watu-stillphoto3

“Begal Watu”

(Dinda Gita Rosita / Purbalingga / 2015 / 15’00”)
Drama, G
Indonesian subtitle

Indra, pemuda desa pengangguran, sejak booming batu akik, mendadak sibuk sebagai pemburu batu yang rakus. Hingga ia tidak mempedulikan kelestarian alam.

Indra, the young unemployed villager suddenly gets busy as a greedy stone hunter since gem-stone starts booming. He doesn’t care about natural environment.


film-pendek-04-para-penggali-pasir-stillphoto2

“Para Penggali Pasir”

(Novian Cahyo Utomo / Purbalingga / 2015 / 15’00”)
Documentary, G
Indonesian subtitle

Miskun, salah satu kuli penambang pasir warga Desa Siaren, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, bekerja keras menghidupi keluarganya. Sementara istrinya, Mahini membuka warung di pinggir kawasan tambang untuk memenuhi kebutuhan lapar dan haus para kuli penambang pasir.

Miskun, one of many sand miners in Siaren Village, Karangreja subdistrict, Purbalingga, works hard to make a living for his family. Meanwhile, his wife, Mahini opens a small stall next to the mining area to provide food and drinks for the sand miners.


film-pendek-05-gugat-pegat-stillphoto2

“Gugat Pegat”

(Laurelita Gita Prischa Maharani / Purbalingga / 2015 / 10’15”)
Drama, G
Indonesian subtitle

Istri bekerja, sementara suami pengangguran, menjadi sebab utama retaknya sebuah rumah tangga, di samping sebab-sebab lainnya yang semakin memperkeruh suasana. Film ini mengangkat fenomena gugat cerai yang banyak terjadi di Purbalingga.

An unemployed husband and a working wife is the main reason of a broken marriage among other factors that worsen the situation. The film shows frequent divorce phenomenon in Purbalingga.


film-pendek-06-coblosan-stillphoto1

“Coblosan”

(Putra Sanjaya / Purbalingga / 2015 / 08’57”)
Comedy, G
Indonesian subtitle

Somad dan Kadir adalah pendukung setia calon kades muda yang akan membawa perubahan. Namun, kedua petani itu terus dibayang-bayangi Pono, tim sukses calon kades incumbent dengan uang sogokan. Apapun alasannya, Somad tidak mau mengkhianati kesetiaannya pada calon kades muda. Sementara Kadir, ragu menolak amplop dengan pemikiran bila sudah di bilik suara, tak ada seorang pun tahu pilihannya.

Somat and Kadit are loyal supporters of a young village-head candidate who will bring changes. However Pono, the succeeding team of the incumbent village head candidate, keeps tempting both farmers with bribe money. Somad strongly refuses to betray his loyalty to the young village-head candidate. However Kadir is hesitant to refuse the bribe because he thinks nobody will know the truth in the polling booth.


Related post


Top